Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, yang membawa kita ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Maka pemerintah terus berupaya membangun pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum. Pengembangan kurikulum terus dilakukan oleh pemerintah salah satunya dengan penggunaan Kurikulum Ttingkat Satuan Pelajaran. Hal yang perlu diperhatikan dalam merealisasikan KTSP adalah merubah paradigma pendidikan dari pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) ke pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Menurut Aunurra- haman, (2010) Pandangan yang sudah berlangsung lama yang menempatkan pembelajaran sebagai proses transfer informasi atau transfer of knowledge semakin banyak mendapat kritikan. Penempatan guru sebagai satu-satu nya sumber informasi menempatkan siswa atau peserta didik tidak sebagai individu yang dinamis, akan tetapi lebih sebagai objek yang pasif sehingga potensi-potensi keindividualannya tidak dapat berkembang secara optimal. Ketidak tepatan ini juga semakin terasa jika dikaji dari pesatnya perkembangan arus informasi dan media komunikasi yang sangat memungkinkan siswa secara aktif mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan. Paradigma ini menuntut agar guru lebih kreatif dalam mengelola proses pembelajaran sehingga memungkinkan siswa dapat berekspresi melalui kegiatan-kegiatan nyata. Berdasarkan tuntutan tersebut, diperlukan model pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran merupakan kerangka acuan bagi guru untuk mengelola jalannya suatu proses pembelajaran karena dalam suatu model pembalajaran telah tercermin metode dan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Masalah yang dihadapi
Model pembelajaran yang selama ini dikembangkan di sekolah pada jenjang SMP, nampaknya belum memenuhi tuntutan KTSP. Proses pembelajaran masih didominasi oleh pendekatan ekspositorik, sehingga dalam pembelajaran tersebut siswa selalu diposisikan sebagai pemerhati ceramah guru. Kondisi seperti ini tidak memberdayakan siswa untuk mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya, sehingga tidak akan bisa membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (learning to how dan learning to know). Hal ini juga menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam menerima pelajaran dan menimbulkan kejenuhan siswa. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran yang dianggap tepat, salah satunya dengan penerapan model pembelajaran yang berbasis media. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi karena karakteristik pembelajaran IPA pada umumnya maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu siswa menemukan dan memahami konsep-konsep yang dianggap sulit dengan cara bertukar pikiran atau diskusi dengan teman-temannya melalui kegiatan saling membantu dan mendorong untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan media pembelajaran digunakan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dan menarik perhatian siswa untuk belajar. Pemilihan media disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan konsep yang akan diajarkan agar siswa lebih mudah memahami pelajaran yang diajarkan dan tidak menimbulkan kebosanan. Selain itu pengembangan media pembelajaran harus disesuaikan dengan beberapa hal diantaranya karateristik siswa dan tujuan dari pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya proses perencanaan, pemiliham, pemanfaatan dan pengembangan media pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah multimedia. Namun keterbatasan kemampuan guru dan siswa dalam menguasai teknologi komputer menyebabkan penggunaan multimedia belum banyak dikembangkan. Selain itu ketersediaan sarana dan prasarana berupa komputer dan jaringannya di sekolah masih sangat terbatas. Hanya sekolah tertentu yang telah dilengkapi oleh jaringan komputer. Sedangkan sekolah yang terletak di pedesaan masih banyak yang belum dilengkapi dengan sarana komputer.
Model pembelajaran yang selama ini dikembangkan di sekolah pada jenjang SMP, nampaknya belum memenuhi tuntutan KTSP. Proses pembelajaran masih didominasi oleh pendekatan ekspositorik, sehingga dalam pembelajaran tersebut siswa selalu diposisikan sebagai pemerhati ceramah guru. Kondisi seperti ini tidak memberdayakan siswa untuk mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya, sehingga tidak akan bisa membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (learning to how dan learning to know). Hal ini juga menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam menerima pelajaran dan menimbulkan kejenuhan siswa. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran yang dianggap tepat, salah satunya dengan penerapan model pembelajaran yang berbasis media. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi karena karakteristik pembelajaran IPA pada umumnya maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu siswa menemukan dan memahami konsep-konsep yang dianggap sulit dengan cara bertukar pikiran atau diskusi dengan teman-temannya melalui kegiatan saling membantu dan mendorong untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan media pembelajaran digunakan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dan menarik perhatian siswa untuk belajar. Pemilihan media disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan konsep yang akan diajarkan agar siswa lebih mudah memahami pelajaran yang diajarkan dan tidak menimbulkan kebosanan. Selain itu pengembangan media pembelajaran harus disesuaikan dengan beberapa hal diantaranya karateristik siswa dan tujuan dari pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya proses perencanaan, pemiliham, pemanfaatan dan pengembangan media pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah multimedia. Namun keterbatasan kemampuan guru dan siswa dalam menguasai teknologi komputer menyebabkan penggunaan multimedia belum banyak dikembangkan. Selain itu ketersediaan sarana dan prasarana berupa komputer dan jaringannya di sekolah masih sangat terbatas. Hanya sekolah tertentu yang telah dilengkapi oleh jaringan komputer. Sedangkan sekolah yang terletak di pedesaan masih banyak yang belum dilengkapi dengan sarana komputer.
Tinjauan Teori
Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu (Dimyati dan Mujiono, 1994 : 16). Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu (Dimyati dan Mujiono, 1994 : 16). Model Pembelajaran Koperatif Tipe STAD Menurut Naparin ( dalam http://harun- bjm.blogspot.com/2010/10/ proposal- ptk peggunaan model.html) langkah-langkah STAD adalah sebagai berikut : Membentuk kelompok secara hetero- gen (jenis kelamin, ras, kemampuan).
Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu (Dimyati dan Mujiono, 1994 : 16). Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu (Dimyati dan Mujiono, 1994 : 16). Model Pembelajaran Koperatif Tipe STAD Menurut Naparin ( dalam http://harun- bjm.blogspot.com/2010/10/ proposal- ptk peggunaan model.html) langkah-langkah STAD adalah sebagai berikut : Membentuk kelompok secara hetero- gen (jenis kelamin, ras, kemampuan).
- Guru menyajikan pelajaran.
- Guru memberi tugas kelompok dan anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lain sampai semua anggota mengerti.
- Guru memberi pertanyaan/kuis kepada seluruh siswa dan pada saat menjawab tidak boleh saling membantu.
- Evaluasi.
- Kesimpulan.
- Penghargaan Kelompok
Media Pembelajaran Menurut Sadiman (1996 : 6), istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Menurut Asyhar (2010 :7) media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan, media pembelajaran merupakan sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran pada peserta didik. Pesan pembelajaran berupa konsep yang abstrak akan dapat lebih mudah dipahami oleh siswa karena dengan penggunaan media pembelajaran konsep tersebut akan menjadi lebih konkrit, selain itu dalam pembelajaran IPA sering dilakukan percobaaan maka penggunaan media dapat membantu dalam menjelaskan prosedur pelaksanaan percobaan itu. Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi (Vaughan dalam Asyhar, 2010). Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh penguna. Hasil Belajar Menurut Bloom dalam Suprijono (2011:6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Dimyati dan Mujiono (1994:4), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar. Dari sisi guru , tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Adanya hasil dalam belajar sebagian dikarenakan adanya tindakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran dan merupakan peningkatan mental siswa.
Pembahasan
Untuk mengetahui keberhasilan penerapan multimedia dalam pem- belajaran dapat dilakukan dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model Kurt Lewin (dalam Wijaya dan Dwitagama, 2010 : 20) yang terdiri dari em- pat komponen yaitu : perencanaan (planning), pelaksanaaan(acting), pengamatan(observing), refleksi(reflecting) yang dilakukan pada tiap siklus pembelajaran sebagai berikut :
Untuk mengetahui keberhasilan penerapan multimedia dalam pem- belajaran dapat dilakukan dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model Kurt Lewin (dalam Wijaya dan Dwitagama, 2010 : 20) yang terdiri dari em- pat komponen yaitu : perencanaan (planning), pelaksanaaan(acting), pengamatan(observing), refleksi(reflecting) yang dilakukan pada tiap siklus pembelajaran sebagai berikut :
Siklus I
Tahap perencanaan (Planning) Pada tahap perncanaan tindakan dilakukan perencanaan dan persiapan berbagai hal yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu :
Tahap perencanaan (Planning) Pada tahap perncanaan tindakan dilakukan perencanaan dan persiapan berbagai hal yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu :
- Membuat rencana pembelajaran
- Membuat bahan diskusi dan Lembar kerja Siswa
- Membuat multimedia power point dan animasi
- Membuat alat evaluasi.
- Membuat instrument penelitian
Tahap pelaksanaan tindakan (acting) Pada tahap pelaksanaan tindakan dilakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis multimedia sebagai berikut :
- Siswa dibagi menjadi 8 kelompok tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang
- Memberi penjelasan teknis dan alur pembelajaran
- Menjelaskan secara singkat mengenai Standar kompetensi dan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran serta materi fotosintesis dengan presentasi menggunakan multimedia pembelajaran.
- Melakukan diskusi kelompok dan presentasi hasil diskusi kelompok
- Penguatan dan menyimpulkan materi yang dibahas secara bersama- sama.
- Menjawab soal-soal tes secara individu.
Tahap Pengamatan (Observating) Pada tahap pengamatan ini observer mengamati pelaksanaan tindakan selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap siklus dengan mengisi lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti. Lembar observasi dalam penelitian ini ada 2 yaitu lembar observasi untuk siswa dan lembar observasi untuk guru. Pada akhir kegiatan pembelajaran dilakukan evaluasi dengan memberikan tes tertulis berupa soal-soal yang sesuai dengan materi pembelajaran yang disajikan yaitu pokok bahasan fotosintesis. Tahap Refleksi Refleksi merupakan tindak lanjut yang akan dilakukan untuk perbaikan dalam penerapan tindakan berikutnya. Siswa dinilai telah aktif dalam proses pembelajaran jika rata-rata persentase aktivitas positif yang dilakukan siswa secara klasikal mencapai 85 persen dan aktivitas negatif tidak lebih dari 15 persen.
Siklus II
Tahap Perencanaan Peneliti membuat rencana pelaksanaan tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran tetap menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis multimedia. Tahap pengamatan Pengamatan dilakukan lebih seksama terhadap aktivitas positif dan aktivitas negatif yang dilakukan siswa Tahap Refleksi Melsaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran dan hasil pengamatan pada siklus kedua.
Tahap Perencanaan Peneliti membuat rencana pelaksanaan tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran tetap menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis multimedia. Tahap pengamatan Pengamatan dilakukan lebih seksama terhadap aktivitas positif dan aktivitas negatif yang dilakukan siswa Tahap Refleksi Melsaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran dan hasil pengamatan pada siklus kedua.
Siklus III
Tahap Perencanaan Peneliti membuat rencana pelaksanaan tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus kedua. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran tetap menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis multimedia. Tahap pengamatan Pengamatan dilakukan lebih seksama lagi terhadap aktivitas positif dan aktivitas negatif yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Tahap Refleksi Melsaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran dan hasil pengamatan pada siklus ketiga, kemudian menganalisis dan membuat kesimpulan tentang keberhasilan model pembelajaran kooperatif berbasis multimedia dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan di SMPN 19 Kota Jambi diperoleh data sebagai berikut : Aktivitas Belajar Siswa Proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD berbasis multimedia dapat diamati melalui aktivitas positif dan aktivitas negatif siswa selama proses pembelajaran dalam tiap siklus. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I terlihat aktivitas positif yang masih rendah dan aktivitas negatif masih relatif tinggi sehingga proses pembelajaran belum mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini disebabkan metode yang digunakan dalam penerapan model kooperatif STAD kurang bervariasi hanya berupa presentasi oleh guru dan diskusi kelompok. Berdasarkan refleksi dari siklus I maka dilakukan perbaikan tindakan pada siklus II berupa pengaturan siswa dalam satu kelompok , siswa yang aktif disebar pada tiap kelompok yang terdiri dari 8 kelompok. Metode yang digunakan juga ditambah dengan melakukan eksperimen disamping itu presentasi dan diskusi kelompok yang dilakukan oleh siswa juga tetap dilakukan. Walaupun telah terjadi peningkatan aktivitas positif dan penurunan aktivitas negatif siswa namun proses pembelajaran masih belum mencapai tujuan yang diinginkan maka pada siklus III kembali dilakukan perbaikan tindakan berupa penyebaran siswa yang aktif dalam tiap kelompok, presentasi oleh guru, eksperimen, diskusi kelompok dan presentasi oleh kelompok siswa selain itu juga dilakukan penambahan media animasi pada saat presentasi oleh guru. Setelah direfleksi ternyata proses pembelajaran pada siklus III telah mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan , ini terlihat dari rata-rata persentase aktivitas positif siswa yang mencapai lebih dari 85 % dan persentase aktivitas negatif siswa yang kurang dari 15 %, ini berarti proses pembelajaran telah berhasil.
Tahap Perencanaan Peneliti membuat rencana pelaksanaan tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus kedua. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran tetap menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis multimedia. Tahap pengamatan Pengamatan dilakukan lebih seksama lagi terhadap aktivitas positif dan aktivitas negatif yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Tahap Refleksi Melsaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran dan hasil pengamatan pada siklus ketiga, kemudian menganalisis dan membuat kesimpulan tentang keberhasilan model pembelajaran kooperatif berbasis multimedia dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan di SMPN 19 Kota Jambi diperoleh data sebagai berikut : Aktivitas Belajar Siswa Proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD berbasis multimedia dapat diamati melalui aktivitas positif dan aktivitas negatif siswa selama proses pembelajaran dalam tiap siklus. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I terlihat aktivitas positif yang masih rendah dan aktivitas negatif masih relatif tinggi sehingga proses pembelajaran belum mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini disebabkan metode yang digunakan dalam penerapan model kooperatif STAD kurang bervariasi hanya berupa presentasi oleh guru dan diskusi kelompok. Berdasarkan refleksi dari siklus I maka dilakukan perbaikan tindakan pada siklus II berupa pengaturan siswa dalam satu kelompok , siswa yang aktif disebar pada tiap kelompok yang terdiri dari 8 kelompok. Metode yang digunakan juga ditambah dengan melakukan eksperimen disamping itu presentasi dan diskusi kelompok yang dilakukan oleh siswa juga tetap dilakukan. Walaupun telah terjadi peningkatan aktivitas positif dan penurunan aktivitas negatif siswa namun proses pembelajaran masih belum mencapai tujuan yang diinginkan maka pada siklus III kembali dilakukan perbaikan tindakan berupa penyebaran siswa yang aktif dalam tiap kelompok, presentasi oleh guru, eksperimen, diskusi kelompok dan presentasi oleh kelompok siswa selain itu juga dilakukan penambahan media animasi pada saat presentasi oleh guru. Setelah direfleksi ternyata proses pembelajaran pada siklus III telah mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan , ini terlihat dari rata-rata persentase aktivitas positif siswa yang mencapai lebih dari 85 % dan persentase aktivitas negatif siswa yang kurang dari 15 %, ini berarti proses pembelajaran telah berhasil.
Sumber : http://www.psmp.web.id/berita/95-tipe-stad-berbasis-multimedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa Komennya, Ya ..??