Selasa, 30 September 2014

SURAT DARI IBU

Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1 - SURAT DARI IBUWahai anakku, Surat ini datang dari Ibumu yang selalu dirundung sengsara… Setelah berpikir panjang Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali menulis, setiap kali itu pula gores tulisan terhalang oleh tangis, dan setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka… Wahai anakku! Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau remas kertas ini lalu engkau merobeknya, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati dan telah engkau robek pula perasaanku. Wahai anakku… 25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku. Suatu ketika dokter datang menyampaikan kabar tentang kehamilanku dan semua ibu sangat mengetahui arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi… Semenjak kabar gembira tersebut aku membawamu 9 bulan. Tidur, berdiri, makan dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu. Aku mengandungmu, wahai anakku! Pada kondisi lemah di atas lemah, bersamaan dengan itu aku begitu grmbira tatkala merasakan melihat terjangan kakimu dan balikan badanmu di perutku. Aku merasa puas setiap aku menimbang diriku, karena semakin ha....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Sabtu, 27 September 2014

KARET GELANG

Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1 - KARET GELANGSuatu kali saya membutuhkan karet gelang, satu saja. Shampoo yang akan saya bawa tutupnya sudah rusak. Harus dibungkus lagi dengan plastik lalu diikat dengan karet gelang. Kalau tidak bisa berabe. Isinya bisa tumpah ruah mengotori seisi tas. Tapi saya tidak menemukan satu pun karet gelang. Di lemari tidak ada. Di gantungan-gantungan baju tidak ada. Di kolong-kolong meja juga tidak ada. Saya jadi kelabakan. Apa tidak usah bawa shampoo, nanti saja beli di jalan. Tapi mana sempat, waktunya sudah mepet. Sudah ditunggu yang jemput lagi. Akhirnya saya coba dengan tali kasur, tidak bisa. Dipuntal-puntal pakai kantong plastik, juga tidak bisa. Waduh, karet gelang yang biasanya saya buang-buang, sekarang malah bikin saya bingung. Benda kecil yang sekilas tidak ada artinya, tiba-tiba menjadi begitu penting. Saya jadi teringat pada seorang teman waktu di Yogyakarta dulu. Dia tidak menonjol, apalagi berpengaruh. Sungguh, Sangat biasa-bisa saja. Dia hanya bisa mendengarkan saat orang-orang lain ramai berdiskusi. Dia hanya bisa melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Itu pun kadang-kadang salah. Kemampuan dia memang sangat terbatas. Tetapi dia sangat senang membantu orang lain; entah menemani pergi, membelikan sesuatu, atau mengeposkan surat. Pokoknya apa saja asal membantu orang lain, ia akan kerjakan dengan senang hati. Itulah sebabnya kalau dia tidak ada, kami semua, teman-temannya, suka kelabakan juga. Pernah suatu kali acara yang sudah kami persiapkan gagal, karena dia tiba-t....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Kamis, 25 September 2014

Stad Berbasis Multimedia

Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, yang membawa kita ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Maka pemerintah terus berupaya membangun pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum. Pengembangan kurikulum terus dilakukan oleh pemerintah salah satunya dengan penggunaan Kurikulum Ttingkat Satuan Pelajaran. Hal yang perlu diperhatikan dalam merealisasikan KTSP adalah merubah paradigma pendidikan dari pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) ke pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Menurut Aunurra- haman, (2010) Pandangan yang sudah berlangsung lama yang menempatkan pembelajaran sebagai proses transfer informasi atau transfer of knowledge semakin banyak mendapat kritikan. Penempatan guru sebagai satu-satu nya sumber informasi menempatkan siswa atau peserta didik tidak sebagai individu yang dinamis, akan tetapi lebih sebagai objek yang pasif sehingga potensi-potensi keindividualannya tidak dapat berkembang secara optimal. Ketidak tepatan ini juga semakin terasa jika dikaji dari pesatnya perkembangan arus informasi dan media komunikasi yang sangat memungkinkan siswa secara aktif mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan. Paradigma ini menuntut agar guru lebih kreatif dalam mengelola proses pembelajaran sehingga memungkinkan siswa dapat berekspresi melalui kegiatan-kegiatan nyata. Berdasarkan tuntutan tersebut, diperlukan model pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran merupakan kerangka acuan bagi guru untuk mengelola jalannya suatu proses pembelajaran karena dalam suatu model pembalajaran telah tercermin metode dan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Masalah yang dihadapi
Model pembelajaran yang selama ini dikembangkan di sekolah pada jenjang SMP, nampaknya belum memenuhi tuntutan KTSP. Proses pembelajaran masih didominasi oleh pendekatan ekspositorik, sehingga dalam pembelajaran tersebut siswa selalu diposisikan sebagai pemerhati ceramah guru. Kondisi seperti ini tidak memberdayakan siswa untuk mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya, sehingga tidak akan bisa membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (learning to how dan learning to know). Hal ini juga menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam menerima pelajaran dan menimbulkan kejenuhan siswa. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran yang dianggap tepat, salah satunya dengan penerapan model pembelajaran yang berbasis media. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi karena karakteristik pembelajaran IPA pada umumnya maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu siswa menemukan dan memahami konsep-konsep yang dianggap sulit dengan cara bertukar pikiran atau diskusi dengan teman-temannya melalui kegiatan saling membantu dan mendorong untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan media pembelajaran digunakan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dan menarik perhatian siswa untuk belajar. Pemilihan media disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan konsep yang akan diajarkan agar siswa lebih mudah memahami pelajaran yang diajarkan dan tidak menimbulkan kebosanan. Selain itu pengembangan media pembelajaran harus disesuaikan dengan beberapa hal diantaranya karateristik siswa dan tujuan dari pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya proses perencanaan, pemiliham, pemanfaatan dan pengembangan media pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah multimedia. Namun keterbatasan kemampuan guru dan siswa dalam menguasai teknologi komputer menyebabkan penggunaan multimedia belum banyak dikembangkan. Selain itu ketersediaan sarana dan prasarana berupa komputer dan jaringannya di sekolah masih sangat terbatas. Hanya sekolah tertentu yang telah dilengkapi oleh jaringan komputer. Sedangkan sekolah yang terletak di pedesaan masih banyak yang belum dilengkapi dengan sarana komputer.
Tinjauan Teori
Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu (Dimyati dan Mujiono, 1994 : 16). Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu (Dimyati dan Mujiono, 1994 : 16). Model Pembelajaran Koperatif Tipe STAD Menurut Naparin ( dalam http://harun- bjm.blogspot.com/2010/10/ proposal- ptk peggunaan model.html) langkah-langkah STAD adalah sebagai berikut : Membentuk kelompok secara hetero- gen (jenis kelamin, ras, kemampuan).
  1. Guru menyajikan pelajaran.
  2. Guru memberi tugas kelompok dan anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lain sampai semua anggota mengerti.
  3. Guru memberi pertanyaan/kuis kepada seluruh siswa dan pada saat menjawab tidak boleh saling membantu.
  4. Evaluasi.
  5. Kesimpulan.
  6. Penghargaan Kelompok
Media Pembelajaran Menurut Sadiman (1996 : 6), istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Menurut Asyhar (2010 :7) media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan, media pembelajaran merupakan sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran pada peserta didik. Pesan pembelajaran berupa konsep yang abstrak akan dapat lebih mudah dipahami oleh siswa karena dengan penggunaan media pembelajaran konsep tersebut akan menjadi lebih konkrit, selain itu dalam pembelajaran IPA sering dilakukan percobaaan maka penggunaan media dapat membantu dalam menjelaskan prosedur pelaksanaan percobaan itu. Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi (Vaughan dalam Asyhar, 2010). Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh penguna. Hasil Belajar Menurut Bloom dalam Suprijono (2011:6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Dimyati dan Mujiono (1994:4), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar. Dari sisi guru , tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Adanya hasil dalam belajar sebagian dikarenakan adanya tindakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran dan merupakan peningkatan mental siswa.
Pembahasan
Untuk mengetahui keberhasilan penerapan multimedia dalam pem- belajaran dapat dilakukan dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model Kurt Lewin (dalam Wijaya dan Dwitagama, 2010 : 20) yang terdiri dari em- pat komponen yaitu : perencanaan (planning), pelaksanaaan(acting), pengamatan(observing), refleksi(reflecting) yang dilakukan pada tiap siklus pembelajaran sebagai berikut :
Siklus I
Tahap perencanaan (Planning) Pada tahap perncanaan tindakan dilakukan perencanaan dan persiapan berbagai hal yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu :
  1. Membuat rencana pembelajaran
  2. Membuat bahan diskusi dan Lembar kerja Siswa
  3. Membuat multimedia power point dan animasi
  4. Membuat alat evaluasi.
  5. Membuat instrument penelitian
Tahap pelaksanaan tindakan (acting) Pada tahap pelaksanaan tindakan dilakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis multimedia sebagai berikut :
  1. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang
  2. Memberi penjelasan teknis dan alur pembelajaran
  3. Menjelaskan secara singkat mengenai Standar kompetensi dan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran serta materi fotosintesis dengan presentasi menggunakan multimedia pembelajaran.
  4. Melakukan diskusi kelompok dan presentasi hasil diskusi kelompok
  5. Penguatan dan menyimpulkan materi yang dibahas secara bersama- sama.
  6. Menjawab soal-soal tes secara individu.
Tahap Pengamatan (Observating) Pada tahap pengamatan ini observer mengamati pelaksanaan tindakan selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap siklus dengan mengisi lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti. Lembar observasi dalam penelitian ini ada 2 yaitu lembar observasi untuk siswa dan lembar observasi untuk guru. Pada akhir kegiatan pembelajaran dilakukan evaluasi dengan memberikan tes tertulis berupa soal-soal yang sesuai dengan materi pembelajaran yang disajikan yaitu pokok bahasan fotosintesis. Tahap Refleksi Refleksi merupakan tindak lanjut yang akan dilakukan untuk perbaikan dalam penerapan tindakan berikutnya. Siswa dinilai telah aktif dalam proses pembelajaran jika rata-rata persentase aktivitas positif yang dilakukan siswa secara klasikal mencapai 85 persen dan aktivitas negatif tidak lebih dari 15 persen.
Siklus II
Tahap Perencanaan Peneliti membuat rencana pelaksanaan tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran tetap menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis multimedia. Tahap pengamatan Pengamatan dilakukan lebih seksama terhadap aktivitas positif dan aktivitas negatif yang dilakukan siswa Tahap Refleksi Melsaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran dan hasil pengamatan pada siklus kedua.
Siklus III
Tahap Perencanaan Peneliti membuat rencana pelaksanaan tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus kedua. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran tetap menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis multimedia. Tahap pengamatan Pengamatan dilakukan lebih seksama lagi terhadap aktivitas positif dan aktivitas negatif yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Tahap Refleksi Melsaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran dan hasil pengamatan pada siklus ketiga, kemudian menganalisis dan membuat kesimpulan tentang keberhasilan model pembelajaran kooperatif berbasis multimedia dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan di SMPN 19 Kota Jambi diperoleh data sebagai berikut : Aktivitas Belajar Siswa Proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD berbasis multimedia dapat diamati melalui aktivitas positif dan aktivitas negatif siswa selama proses pembelajaran dalam tiap siklus. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I terlihat aktivitas positif yang masih rendah dan aktivitas negatif masih relatif tinggi sehingga proses pembelajaran belum mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini disebabkan metode yang digunakan dalam penerapan model kooperatif STAD kurang bervariasi hanya berupa presentasi oleh guru dan diskusi kelompok. Berdasarkan refleksi dari siklus I maka dilakukan perbaikan tindakan pada siklus II berupa pengaturan siswa dalam satu kelompok , siswa yang aktif disebar pada tiap kelompok yang terdiri dari 8 kelompok. Metode yang digunakan juga ditambah dengan melakukan eksperimen disamping itu presentasi dan diskusi kelompok yang dilakukan oleh siswa juga tetap dilakukan. Walaupun telah terjadi peningkatan aktivitas positif dan penurunan aktivitas negatif siswa namun proses pembelajaran masih belum mencapai tujuan yang diinginkan maka pada siklus III kembali dilakukan perbaikan tindakan berupa penyebaran siswa yang aktif dalam tiap kelompok, presentasi oleh guru, eksperimen, diskusi kelompok dan presentasi oleh kelompok siswa selain itu juga dilakukan penambahan media animasi pada saat presentasi oleh guru. Setelah direfleksi ternyata proses pembelajaran pada siklus III telah mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan , ini terlihat dari rata-rata persentase aktivitas positif siswa yang mencapai lebih dari 85 % dan persentase aktivitas negatif siswa yang kurang dari 15 %, ini berarti proses pembelajaran telah berhasil.

Sumber : http://www.psmp.web.id/berita/95-tipe-stad-berbasis-multimedia


Berorientasi Tindakan

Konon, orang Jerman apabila membuat tulisan, selalu panjang-panjang. Tentang gajah, contohnya, orang Jerman butuh 1000 lembar untuk menuliskannya. Tetapi konon pula, orang Amerika apabila membuat tulisan itu pendek-pendek. Sampai tentang gajah pun, mereka hanya butuh 10 halaman saja. Lalu kenapa orang Amerika banyak men- guasai dunia di berbagai hal? Katanya lagi, mereka nulis hanya perlu memper- tanyakan, “how to use,” atau bagaimana menggunakan. Jadi, untuk gajah pun, mereka hanya perlu menanyakan “bagaimana cara menggunakan gajah.” Begitulah, ternyata, pemikiran yang berorientasi tindakan, kemudian disusul dengan tindakan nyata, akan lebih berguna daripada hanya bergelut di bidang pemikiran, tanpa orientasi tindakan. Tetapi orang Jerman itu masih mending, bisa menuliskan ilmu sehingga menjadi stock of knowledge yang kita bisa rujuk ketika kita perlu. Yang parah adalah orang yang hanya bisa ngomong saja, tanpa kegiatan yang berguna. Orang manakah itu? Penyakit Banyak Omong Orang Indonesia, dikatakan, adalah orang yang selalu banyak omong, tidak banyak berbuat. Sehingga, apabila ada lalat masuk ke minuman kita, kita harus rapat dulu, harus dibagaimanakan ini. Orang lain mungkin hanya buang saja semuanya, lalu ganti minuman. Atau dibuang saja lalatnya, terus airnya diminum. Tetapi orang kita harus banyak omong dulu, dan belum tentu diikuti dengan tindakan. Cerita tentang orang Indonesia ini bukan mengada-ada. Banyak sudah kita melihat bahwa kita adalah bangsa yang lebih banyak omong daripada bertindak. Kita lihat saja kehidupan sehari-hari. Jika anak-anak Indonesia mau pergi ke suatu tempat, mereka akan rapat dulu dan terjadi perban- tahan yang cukup lama. Tetapi jika kita lihat anak-anak Malaysia, apabila hendak pergi. Hanya salah satu dari mereka mengajak pergi, anak-anak lain langsung saja ikut, tanpa percekcokan terlebih dahulu. Barangkali kita punya karakter demokratis, sehingga segala sesuatu “harus dibicarakan.” Tetapi demokrasi memang selalu menuntut banyak omong yang tidak perlu. Kita sudah melupakan azas “musyawarah untuk mufakat.” Kita perlu berdebat, walau- pun ketika sudah berdebat, ditanyakan kepada diri kita, apa memang perlu omong-omong demikian? Kita katakan, ya…kan kita perlu eksis, perlu menam- pakkan bahwa kita itu ada, pandai, dan sebagainya. Lalu keputusannya? Ya, pasti itu-itu saja. Orang yang bekerja? Itu-itu saja, dan begitu-begitu saja. Walhasil, demokrasi kita tidak memberi apa-apa kemajuan dan kebaikan pada diri kita, kecuali sebagai panggung tampil-menampil. Dan setiap orang adalah “harimau.” Bukan, bukan bahwa setiap kita adalah orang yang hebat-hebat, tetapi bahwa setiap kita adalah orang yang “banyak omong.” Kan ada pepatah, “mulut kamu hari mau kamu, mengerkah kepala kamu.” Jadi karena kita banyak omong, omon-gan kita itu ibarat harimau, yang akan mengerkah kepala kita sendiri. Tidak percaya? Coba kita telisik, betapa banyak kata-kata kita yang menyerang kita sendiri. “Kita bukannya ngomongin orang ya, sebenarnya…,” setelah itu kita ngomongin orang. “Bukannya ngegosip ya, tetapi…,” kemudian bikin gosip. Lalu, kita sering ngomong bahwa orang lain salah, jelek, dan sebagainya. Tetapi kita juga salah, jelek, dan sebagainya. Kita juga sering sekarang bicara A, besok bicara B dalam masalah yang sama.
Tetapi peribahasa di atas lebih ngeri daripada itu. Konteks peribahasa itu menunjukkan bahwa kita bisa kehilangan kepala kita alias mati apabila kita bicara sembarangan. Ini memang titik terekstrem dari kebiasaan terlalu banyak bicara, sehingga terlebih-lebih kata. Cuma bicara saja atau omong doang (omdo) memang jelek. Tidak akan ada apa-apa setelah bicara. Tetapi, bukan hanya itu. Kita harus terus terang katakan bahwa lebih banyak bicara daripada kerja itu juga buruk. Karena bahwa kerja kita itu terhalang oleh bicara. Sekarang, kita lihat, bangsa mana di dunia ini yang banyak omong, terus sukses. Tidak ada kan? Orang Jepang, pendiam. Orang Inggeris, kurang bicara. Tetapi mereka adalah para penemu dan orang-orang yang efisien. Tidak heran jika mereka menguasai dunia. Yang banyak omong, katanya, adalah bangsa-bangsa yang kurang sukses. Ko-non di Barat, apabila masuk kereta api, kemudian ada orang-orang saling bi- cara, sehingga cukup riuh. Orang yang masuk itu akan bergumam, “Spanish,” orang Spanyol. Majukah Spanyol? Tidak, dibanding negara-negara Eropa Barat lainnya.
Lalu, kita akan meniru siapa?
Sebetulnya kita tidak perlu meniru siapa-siapa. Kita sendiri sudah tahu. Peribahasa di atas mengajarkan kepada kita untuk jangan banyak omong, karena omongan kita itu bisa mencelakakan kita sendiri. Gara-gara saling menghina, kita bisa saling bunuh. Gara-gara kebohongan kita, nyawa kita bisa terancam. Sudah sadarkah bahwa nyawa kita itu tidak berharga pada hari-hari ini? Ini tentu berkaitan dengan cara dan isi kita bicara. Kita ngomong siap membayar kartu kredit bulanan, padahal kita tidak bisa. Lalu bagaimana? Debt collector datang, menyumpah serapah kita, bahkan mengancam nyawa kita. Setiap hari kita dikabarkan adanya tawuran antar pelajar, antar kampung, bahkan antar mahasiswa, antar anggota Dewan. Apa sebetulnya yang terjadi? Apa yang perlu diperjuangkan, sehingga harus mengorbankan nyawa kita? Apa nilai yang kita agungkan sehingga kita harus stress dan saling mencakar, setiap hari? Apakah kebenaran, keadilan, kejujuran, atau hanya uang, uang, dan uang? Lalu untuk apa uang itu? Untuk hidup dan kehormatan? Kalau tujuannya memang hidup dan kehormatan, haruskah kita wujudkan dengan hanya “uang” semata? Di sini kita harus kembali berpikir, tentang apakah kita, siapa kita, apa tujuan hidup kita, apa kerjaan kita sehari-hari, bagaimana cara kita menempuh cita-cita kita, efisiensi cara kerja kita. Dan sebagainya.
Tentang Tindakan Berpikir Praktis
Untuk mendorong kita untuk berorientasi tindakan (action oriented), kita nampaknya harus bersikap praktis, bahkan ketika kita berpikir. Inilah yang disebut dengan berpikir praktis (practical reason). Berpikir praktis adalah penggunaan nalar dalam rangka memutuskan bagaimana cara bertindak. Ini berbeda dengan berpikir teoretis (atau sering disebut berpikir spekulatif), yang menggunakan penalaran untuk memutuskan apa yang harus dipercaya saja. Berpikir praktis ini dikenal sebagai cara untuk menentukan rencana tindakan (plan of action). Untuk hal ini, St. Thomas Aquinas, filosof Abad Pertengahan, menyatakan bahwa prinsip pertama berpikir praktis adalah “melakukan yang baik dan menghindari yang buruk” (good is to be done and evil avoided). Kaum utilitarianis, sementara itu, cenderung melihat akal sebagai instrumen untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan. Dalam kerangka berpikir klasik, ada tiga jenis aktivitas berpikir manusia:
  1. berpikir teoretis (theoretical rea- son), yang menyelidiki kebenaran;
  2. berpikir praktis (practical reason), yang menentukan tentang penting atau berharganya jalan tindakan yang akan diambil; dan
  3. berpikir produktif atau teknis (productive/technical reason), yang berupaya untuk menemukan cara yang terbaik untuk mencapai tujuan (3)www.wikipedia.com).
Pendidikan Praktis Banyak hal yang dipikirkan di dunia ide. Dan itupun menolong untuk memberi garis dalam hidup kita. Namun, bersikap praktis memang hal yang pal- ing selamat untuk hidup di dunia ini. Lalu, bagaimana cara kita menanamkan sikap praktis pada diri kita, pada anak kita, pada orang lain? Berorientasi tindakan berarti kita lebih memilih untuk berbuat daripada hanya mengkhayal atau menghapal petunjuk-petunjuk yang didesakkan ke dalam jiwa kita. Bukan ide-ide yang ada di kepala kita, dan bukan perkataan yang diucapkan oleh mulut kita, yang menentukan kenyataan. Yang menentukan adalah perbuatan-perbuatan kita.
Menjadi orang praktis juga adalah hasil latihan. Jika kita melatih pikiran kita, ide-ide pun akan berkembang, dan bermunculanlah kemungkinan-kemungkinan bagi kita. Demikian pula halnya dengan orientasi kita untuk bertindak, diperlukan latihan supaya bisa menjadi kreatif dan produktif. Kehidupan sehari-hari memberi kita kesempatan untuk melatih diri kita agar selalu berorientasi praktek. Setiap hari kita tidak bisa lari dari kehidupan. Maka, kita harus melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang kecil maupun yang besar. Kita jangan terganggu oleh kepentingan diri sendiri yang sering memunculkan rasa enggan, jengkel, benci, permusuhan, dan perasaan-perasaan negatif lain terhadap tugas, kewajiban, pekerjaan, dan orang-orang di sekeliling kita. Kita harus melakukan segala perbuatan baik itu dengan sungguh-sungguh dan dengan niat yang sekuat-kuatnya, karena setiap perbaikan dari karakter kita akan membawa kita lebih dekat dengan kehidupan yang sukses. Kita harus selalu ingat bahwa hasil pengetahuan kita dan kecakapan-kecakapan kita terutama sekali tergantung kepada karakter kita. Dalam segala bidang dan segala segi kehidupan kita, kita harus melakukannya dengan pikiran dan gagasan kita yang praktis. Kita pun harus meng- hindari dari melakukan apa yang kita anggap tidak baik menurut nurani kita. Di sinilah kita akan menjadi manusia yang utuh. Akhirnya, harus kembali ditekankan bahwa kita adalah manusia, yang beras- al dari Tuhan, untuk hidup bermakna, dan akan kembali kepada Tuhan. Jadi, tidak akan banyak perdebatan di situ. Yang ada hanya kita harus menjalani hidup kita ini dengan banyak berbuat yang baik dan benar. Dalam agama, hal ini disebut beramal, yaitu beramal saleh. Dalam kehidupan dunia, hal ini disebut profesionalisme, berbuat sesuai kedirian kita. Jadilah kita manusia praktis, yaitu manusia yang berbuat dan bertindak, seperti orang Amerika yang menulis tentang gajah tadi.

Sumber : http://www.psmp.web.id/berita/96-berorientasi-tindakan


Peta Konsep

Sebagai alat bantu dalam meningkatkan kebermaknaan belajar Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Suatu peta konsep dalam bentuknya yang Proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif bukan merupakan transfer informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri peserta didik, melainkan sebagai pemberian makna kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pengkontruksian pengetahuan. Proses asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rang- sangan baru dalam skema yang telah ada. Sedangkan akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsan- gan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada. Belajar fisika dalam prosesnya memerlukan kegiatan mental yang tinggi, sebab banyak konsep fisika yang sifatnya abstrak atau tidak tampak secara langsung. Karena konsep dalam pembelajaran sains memiliki unsur yang sangat abstrak, maka dalam pembelajaran peserta didik harus memiliki kemampuan yang kuat dalam hal pemahaman konsep sains. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila peserta didik dapat memberikan penjelasan atau memberikan uraian yang lebih rinci dengan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
Tingkatan yang paling rendah yaitu ingatan, yang merupakan kemampuan seseorang unntuk mengingat kembali atau mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus dan sebagainya peserta didik diharapkan bisa memahami, yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Setelah memahami peserta didik diharapkan bisa mengaplikasikan, yaitu kesanggupan seseorang untuk menerap- kan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi baru dan kongkret, dan seperti itu seterusnya sampai tingkat akhir yaitu evaluasi. Kesuma et al (dalam Slamet, 2010) menyatakan bahwa banyak peserta didik mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Belajar menghafal menciptakan ketidakmampuan untuk mengkoneksikan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan baru peserta didik (Karakuyu, 2010). Siswa harus memiliki dasar yang cukup dan berpikir kritis tentang hubungan antara konsep yang berbeda. Belajar bermakna terjadi apabila informasi baru dikaitkan dengan konsep-konsep relevan yang ada pada struktur kognitif peserta didik (Dahar, 1989). Pengetahuan baru dikaitkan dengan konsep-konsep relevan yang telah ada di dalam struktur kognitif anak agar terjadi pembelajaran bermakna. Stoica et al (2011) menyatakan faktor tunggal yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang pelajar sudah tahu.
Peserta Peta konsep merupakan kumpulan konsep-konsep yang saling berhubungan dengan hubungan tertentu antara pasangan konsep diidentifikasi pada link yang menghubungkan mereka (Awofala, 2011). Peta konsep merupakan suatu media grafis dua dimensi yang berfungsi mengorganisasikan dan merepresentasikan suatu pengetahuan, biasanya berupa beberapa gambar kotak atau lingkaran berisikan tulisan terkait mengenai konsep yang dipelajari (Slamet, 2010). Peta konsep adalah gabungan beberapa konsep yang menghubungkan pengetahuan individu dengan topik pembelajaran. Peta konsep dihasilkan dengan mengidentifikasi konsep-konsep yang relevan. Prosedur pemecahan masalah dalam inovasi ini bahwa peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Peta konsep bermanfaat untuk memperoleh skema kognitif dan menargetkan pemahaman konsep yang mendalam. Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Suatu peta konsep dalam bentuknya yang paling sederhana, hanya terdiri atas dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu proporsi. Peta konsep adalah teknik yang digunakan untuk mewakili hubungan antara konsep-konsep dalam grafik dua dimensi (Awofala, 2011). Karakuyu (2010) menyatakan peta konsep dapat dijadikan sebagai alat bantu yang sangat berguna untuk meningkatkan kebermaknaan belajar dan meningkatkan pemahaman peserta didik khususnya dalam pelajaran fisika dan sains. Peta konsep merupakan suatu strategi belajar mengajar yang mampu menjembatani antara bagaimana seseorang mempelajari sebuah pengetahuan dan bagaimana orang belajar secara rasional (Karakuyu, 2010).
Belajar bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep-konsep baru dikaitkan pada konsep yang lebih inklusif, maka peta konsep harus disusun secara hierarki, bahwa konsep yang lebih inklusif ada di puncak peta, makin ke bawah konsep-konsep diurutkan menjadi lebih khusus. Dahar (1989) mengemukakan ciri-ciri peta konsep yaitu:
  1. peta konsep atau pemetaan ialah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi;
  2. suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi, atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proposional antara konsep-konsep;
  3. cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep. Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama, karena ada beberapa konsep yang lebih inklusif daripada konsep- konsep yang lain; dan
  4. hierarki. Apabila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, maka akan membentuk suatu hierarki pada peta konsep tersebut. Karakteristik penting dari peta konsep adalah cross-link (Novak & Canas, 2008). Cross-link adalah hubungan antara konsep-konsep dalam segmen yang berbeda atau domain dari peta konsep. Cross-link membantu melihat bagaimana konsep dalam satu domain pengetahuan terkait dengan sebuah konsep dalam domain lain yang ditampilkan pada peta konsep. Cross-link sering mewakili lompatan kreatif sebagai bagian dari penghasil pengetahuan dalam penciptaan pengetahuan baru.
Ada dua fitur peta konsep yang penting dalam fasilitasi berpikir kreatif yakni struktur hirearkis yang diwakili dalam peta konsep dan kemampuan untuk mencari serta mengkarakterisasi cross-link baru (Novak & Canas,2008). Nur (Trianto, 2007) menyebutkan ada empat macam peta konsep yaitu pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (even chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).
  1. Pohon Jaringan (network tree) ide-ide pokok materi dituliskan dalam persegi panjang dan beberapa kata yang berfungsi sebagai keterangan dituliskan pada bagian garis. Garis-garis pada peta konsep menunjukkan hubungan antara ide-ide pokok yang dibuat.
  2. Rantai Kejadian (events chain) Peta konsep rantai kejadian digunakan untuk memerikan suatu urutan kejadian atau tahap-tahap dalam suatu proses. Ketika membuat peta konsep dengan rantai kejadian, pertama kita temukan satu kejadian yang mengawali rantai tersebut (kejadian awal). Selanjutnya kita meneruskan kejadian berikutnya dalam rantai hingga mencapai suatu hasil.
  3. 3) Peta Konsep Siklus (cycle concept map) Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Seter- usnya kejadian akhir itu menhubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu berulang sendirinya dan tidak ada akhirnya.
  4. 4) Peta Konsep Laba-laba (spider concept map) Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral dalam melakukan curah sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Kita dapat memulainya dengan misahkan dan mengelom- pokkan istilah-istilah menurut kaitan tertentu sehingga menjadi lebih berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama.
Manfaat Pembelajaran Peta Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan peta konsep mempunyai banyak manfaat. Ausubel menyatakan dengan jaringan konsep yang digambarkan dalam peta konsep, belajar menjadi bermakna karena pengetahuan atau informasi baru dengan pengetahuan terstruktur yang telah dimiliki peserta didik tersambung sehingga menjadi lebih mudah terserap peserta didik (Wahidi, 2010). Adapun manfaat pembelajaran dengan menggunakan peta konsep yang dinyatakan (Novak & Gowin, 1985).
1) Bagi Guru
  1. Pemetaan konsep merupakan cara terbaik menghadirkan materi pelajaran, hal ini disebabkan peta konsep adalah alat belajar yang tidak menimbulkan efek verbal bagi peserta didik dengan mudah melihat, membaca, dan mengerti makna yang diberikan.
  2. Pemetaan konsep menolong guru memilih aturan pengajaran berdasarkan kerangka kerja yang hierarki, hal ini mengingat banyak materi pelajaran yang disajikan dalam urutan yang acak.
  3. Membantu guru meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengajarannya.
2) Bagi Peserta Didik
  1. Pemetaan konsep merupakan cara belajar yang mengembangkan proses belajar bermakna, yang akan meningkatkan pemahaman peserta didik dan daya ingatnya.
  2. Meningkatkan keaktifan dan kreativitas berfikir peserta didik , hal ini menimbulkan sikap kemandirian belajar yang lebih pada peserta didik.
  3. Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik yang akan memudahkan dalam belajar.
  4. Membantu peserta didik melihat makna materi pelajaran secara lebih komprehensif dalam setiap komponen-komponen konsep dan mengenali hubungan. Dahar (1989) mengungkapkan tujuan penting penggunaan peta konsep dalam menunjang berlangsungnya proses belajar bermakna yaitu: (1) Menyelidiki apa yang telah diketa-hui oleh peserta didik; (2) mempelajari cara belajar peserta didik; (3) mengungkapkan miskonsepsi yang muncul pada peserta didik; dan (4) sebagai alat evaluasi. Selain itu, peta konsep bermanfaat untuk memperoleh skema kognitif dan menargetkan pemahaman konsep yang mendalam. Pembuatan Peta Konsep Dahar (1989) mengungkapkan bahwa peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna.
Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti oleh siswa untuk menciptakan suatu peta konsep.
Langkah 1 : mengidentifikasi ide pokok yang melingkupi sejumlah konsep.
Langkah 2 : mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama.
Langkah 3 : menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut.
Langkah 4 : mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah menyusun peta konsep sebagai berikut.
  1. Memilih suatu bahan bacaan
  2. Menentukan konsep-konsep yang relevan
  3. Mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif
  4. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut.

Sumber : http://www.psmp.web.id/berita/98-peta-konsep


Integrasi Aplikasi Rapor Kurikulum 2013 SMP dalam Dapodikdas



Seiring implementasi Kurikulum 2013, aplikasi Data Pokok Pendidikan Dasar (Dapodikdas) juga dimanfaatkan untuk pengisian rapor Kurikulum 2013. Upaya integrasi ini sebagaimana tergambar dalam rapat antara Tim Pengembang Dapodik dengan Tim Pengembang Aplikasi Rapor Kurikulum 2013 jenjang SMP, di ruang rapat Subbag Data dan Informasi, Bagian Perencanaan dan Penganggaran, Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Rabu, 24 September 2014.
Dalam rapat yang berlangsung Rabu sore itu, nampak Tim Pengembang Aplikasi Rapor Kurikulum 2013 jenjang SMP banyak mengajukan pertanyaan seputar peluang struktur aplikasi rapor Kurikulum 2013 berada dalam aplikasi Dapodikdas.
“Jadi nilai rapor sudah terintegrasi dengan data Dapodik, tinggal memasukkan nilai saja,” ujar Supriyatno, M.A., Kasubbag Data dan Informasi, Bagian Perencanaan dan Penganggaran, Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, di ruang kerjanya.
Dengan demikian, lanjut Supriyatno, Dapodikdas tidak hanya menunjang efektifitas program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Siswa Miskin (BSM), dan beragam tunjangan guru. Namun juga untuk menunjang implementasi Kurikulum 2013.

Sumber : http://dikdas.kemdikbud.go.id/

Selasa, 23 September 2014

TODAY IS A BIG DAY!

Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1 - TODAY IS A BIG DAY!Pagi ini setelah makan pagi, aku berjalan ke luar kamarku. Dan di sana aku bertemu seorang bapak yang sedang olah raga pagi. Ia berdiri sejenak, sekedar basa-basi memberikan salam. Dia lalu memandang tajam ke dalam mataku, dan bertanya, "Tarsisius, is it a big day today?" Aku gak tahu mau menjawab apa. Dalam hati aku berseru, "Hari ini tak ada rencana istimewa selain mengikuti kelas seperti biasanya. Dan apa yang terjadi hari ini? Aku gak tahu? Di akhir hari ini aku pasti akan mampu memberikan jawaban baginya, apakah hari ini adalah hari yang istimewa." Sebelum saya mampu menjawab, ia telah memberikan jawabannya sendiri, "Oh well, it is just an ordinary day like yesterday!" Aku tertegun! Betulkah hari ini tak bedanya dari hari kemarin? Apakah hari ini hanyalah sekedar repetisi, hanyalah sebuah perulangan dari pengalaman masa silam? Bila demikian, betapa membosankan hari yang baru ini. Bila demikian tak ada sesuatu yang bisa kita harapkan. Dan sebelum saya sempat berpikir lebih panjang, sebuah kalimat telah mengalir dari mulutku, "I am hoping a special grace and blessing today to make it a different day." Yap...setiap hari adalah hari yang baru. Setiap hari adalah hari yang istimewa. Setiap hari ada berkat baru. Dan berkat Tuhan yang diterima hari inilah yang menjadikannya berbeda dengan hari kemarin. Karena itu kita tak akan berhenti berharap. My friends: Continue walking the path of your journey with hope! Hope keeps us alive and strong... thus tomorrow never dies! Hari ....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Kamis, 18 September 2014

Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII

BS K7 Semester 1 IPA

Matematika Kelas VII

MATEMATIKA SEMESTER 1

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII



Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VIII


Selasa, 16 September 2014

KEBUDAYAAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

Sekilas Budaya Provinsi Bangka Belitung 
Profil Kebudayaan Bangka Belitung 

Perisai Bersudut Lima, melambangkan Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kepulauan Bangka Belitung, melambangkan wilayah, masyarakat, sistem pemerintah, kebudayaan dan sumberdaya alam Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Lingkaran Bulat Simetrikal, melambangkan kesatuan dan persatuan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam menghadapi segala tantangan di tengah-tengah peradaban dunia yang semakin terbuka.

Butir Padi berjumlah 27 buah melambangkan nomor dari Undang-undang pembentukan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu UU No.27 Tahun 2000,dan Buah Lada, berjumlah 31 buah melambangkan Kepulauan Bangka Belitung merupakan Propinsi ke 31 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Padi dan buah lada juga melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran.

Balok Timah, melambangkan kekayaan alam (hasil bumi pokok) berupa timah yang dalam sejarah secara social ekonomis telah menopang kehidupan masyarakat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung selama lebih dari 300 tahun. (diketemukan dan dikelola sejak tahun 1710 Mary Schommers dalam Bangka Tin).

KEBUDAYAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Sekilas Budaya Provinsi Kepulauan Riau 
Profil Kepulauan Riau 

Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi yang penuh dengan limpahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Selain letak geografisnya yang sangat strategis karena berada pada pintu masuk Selat Malaka dari sebelah Timur juga berbatasan dengan pusat bisnis dan keuangan di Asia Pasifik yakni Singapura. Disamping itu Provinsi ini juga berbatasan langsung dengan Malaysia.

Dengan Motto Berpancang Amanah, Bersauh Marwah, Provinsi Kepulauan Riau bertekad untuk membangun daerahnya menjadi salah satu pusat pertumbuhan perekonomian nasional dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Budaya Melayu yang didukung oleh masyarakat yang sejahtera, cerdas, dan berakhlak mulia.

Dalam memberdayakan berbagai potensi yang ada, Provinsi Kepulauan Riau berusaha untuk tetap menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui penerapan good governance dan clean government dengan memberikan kemudahan berinvestasi sehingga dapat menarik lebih banyak investor baik domestik maupun asing untuk menanamkan modalnya.
Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga. Secara keseluruhan Wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 4 Kabupaten dan 2 Kota, 42 Kecamatan serta 256 Kelurahan/Desa dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil dimana 40% belum bernama dan berpenduduk. Adapun luas wilayahnya sebesar 252.601 Km2, di mana 95% - nya merupakan lautan dan hanya 5% merupakan wilayah darat, dengan batas wilayah sebagai berikut :
Utara dengan Vietnam dan Kamboja
Selatan dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi
Barat dengan Singapura, Malaysia, dan Provinsi Riau
Timur dengan Malaysia, Brunei, dan Provinsi Kalimantan Barat

KEBUDAYAAN PROVINSI ACEH

Sekilas Budaya Provinsi Aceh 
Budaya dan Agama 

Budaya

Provinsi Aceh memiliki budaya yang relatif tinggi. Kebudayaan ini pada dasarnya diwarnai ajaran Agama Islam, namun demikian pengaruh Agama Hindu yang telah berurat berakar sebelum masuknya Islam masih tetap berpengaruh. Hal ini terlihat baik dalam adat istiadat, kesenian maupun kehidupan sehari-hari. Kesenian tradisional Aceh mempunyai identitas yang religius, komunal, demokratik dan heroik. Kesusastraan Aceh ada dalam bahasa Aceh dan Melayu (jawi) sementara bahasa Arab baik kata maupun ibaratnya banyak sekali mempengaruhi Kesusastraaan Aceh.

KEBUDAYAAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Sekilas Budaya Provinsi Sumatera Utara 
Suku Bangsa, Budaya, dan Agama 

Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, penduduk Sumatera Utara berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2010 jumlah penduduk Sumatera Utara telah meningkat menjadi 12,98 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km persegi dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 178 jiwa per km persegi. Kadar Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya tidak tetap. Pada tahun 2000 TPAK di daerah ini sebesar 57,34 persen, tahun 2001 naik menjadi 57,70 persen, tahun 2002 naik lagi menjadi 69,45 persen. Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias, dan Melayu sebagai penduduk asli wilayah ini. Daerah pesisir timur Sumatera Utara, pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak bermukim orang Minangkabau. Wilayah tengah sekitar Danau Toba, banyak dihuni oleh Suku Batak yang sebagian besarnya beragama Kristen. Suku Nias berada di kepulauan sebelah barat. Sejak dibukanya perkebunan tembakau di Sumatera Timur, pemerintah kolonial Hindia Belanda banyak mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis Jawa dan Tionghoa. Pusat penyebaran suku-suku di Sumatra Utara, sebagai berikut :

KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU

Sekilas Budaya Provinsi Riau 
Suku Bangsa, Budaya, dan Agama 

Penduduk provinsi Riau terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Mereka terdiri dari Jawa (25,05%), Minangkabau (11,26%), Batak (7,31%), Banjar (3,78%), Tionghoa (3,72%), dan Bugis (2,27%). Suku Melayu merupakan masyarakat terbesar dengan komposisi 37,74% dari seluruh penduduk Riau. Mereka umumnya berasal dari daerah pesisir di Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Kepulauan Meranti, hingga ke Pelalawan, Siak, Inderagiri Hulu dan Inderagiri Hilir. Namun begitu, ada juga masyarakat asli bersuku rumpun Minangkabau terutama yang berasal dari daerah Rokan Hulu, Kampar, Kuantan Singingi, dan sebagian Inderagiri Hulu. Juga masyarakat Mandailing di Rokan Hulu, yang lebih mengaku sebagai Melayu daripada sebagai Minangkabau ataupun Batak. Abad ke-19, masyarakat Banjar dari Kalimantan Selatan dan Bugis dari Sulawesi Selatan, juga mulai berdatangan ke Riau. Mereka banyak bermukim di Kabupaten Indragiri Hilir khususnya Tembilahan.[14] Di bukanya perusahaan pertambangan minyak Caltex pada tahun 1940-an di Rumbai, Pekanbaru, mendorong orang-orang dari seluruh Nusantara untuk mengadu nasib di Riau. Suku Jawa dan Sunda pada umumnya banyak berada pada kawasan transmigran. Sementara etnis Minangkabau umumnya menjadi pedagang dan banyak bermukim pada kawasan perkotaan seperti Pekanbaru, Bangkinang, Duri, dan Dumai. Begitu juga orang Tionghoa pada umumnya sama dengan etnis Minangkabau yaitu menjadi pedagang dan bermukim pada kawasan perkotaan, serta banyak juga terdapat pada kawasan pesisir timur seperti di Bagansiapiapi, Selatpanjang, Pulau Rupat dan Bengkalis. Selain itu di provinsi ini masih terdapat sekumpulan masyarakat asli yang tinggal di pedalaman dan pinggir sungai, seperti Orang Sakai, Suku Akit, Suku Talang Mamak, dan Suku Laut.

KEBUDAYAAN PROVINSI SUMATERA BARAT

Sekilas Budaya Provinsi Sumatera Barat 
Suku Bangsa, Budaya, dan Agama 

Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain suku Minang berdiam pula suku Batak dan suku Mandailing. Suku Mentawai terdapat di Kepulauan Mentawai. Di beberapa kota di Sumatera Barat terutama kota Padang terdapat etnis Tionghoa, Tamil dan suku Nias dan di beberapa daerah transmigrasi seperti di (Sitiung, Lunang Silaut, Padang Gelugur dan lainnya) terdapat pula suku Jawa. Sebagian diantaranya adalah keturunan imigran berdarah Jawa dari Suriname yang memilih kembali ke Indonesia pada masa akhir tahun 1950an. Oleh Presiden Soekarno saat itu diputuskan mereka ditempatkan di sekitar daerah Sitiung. Hal ini juga tidak lepas dari aspek politik pemerintah pusat pasca rekapitulasi PRRI di Provinsi Sumatera Barat yang juga baru dibentuk saat itu

Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yaitu Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pesisir Selatan, dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman dan Pasaman Barat yang berbatasan dengan Sumatera Utara, dituturkan juga Bahasa Batak dan Bahasa Melayu dialek Mandailing. Sementara itu di daerah kepulauan Mentawai digunakan Bahasa Mentawai.

KEBUDAYAAN PROVINSI JAMBI

Sekilas Budaya Provinsi Jambi 
Suku Bangsa, Budaya, dan Agama 

Berdasarkan cerita rakyat setempat, nama Jambi berasal dari perkataan "jambe" yang berarti "pinang". Nama ini ada hubungannya dengan sebuah legenda yang hidup dalam masyarakat, yaitu legenda mengenai Raja Putri Selaras Pinang Masak, yang ada kaitannya dengan asal-usul provinsi Jambi.
Penduduk asli Provinsi Jambi terdiri dari beberapa suku bangsa, antara lain Melayu Jambi, Batin, Kerinci, Penghulu, Pindah, Anak Dalam (Kubu), dan Bajau. Suku bangsa yang disebutkan pertama merupakan penduduk mayoritas dari keseluruhan penduduk Jambi, yang bermukim di sepanjang dan sekitar pinggiran sungai Batanghari.

KEBUDAYAAN PROVINSI BENGKULU

Sekilas Budaya Provinsi Bengkulu 
Suku Bangsa, Budaya, dan Agama 

Di wilayah Bengkulu sekarang pernah berdiri kerajaan-kerajaan yang berdasarkan etnis seperti Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Selebar, Kerajaan Pat Petulai, Kerajaan Balai Buntar, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sekiris, Kerajaan Gedung Agung, dan Kerajaan Marau Riang. Di bawah Kesultanan Banten, mereka menjadi vazal. Sebagian wilayah Bengkulu, juga pernah berada dibawah kekuasaan Kerajaan Inderapura semenjak abad ke-17. British East India Company (EIC) sejak 1685 mendirikan pusat perdagangan lada Bencoolen/Coolen yang berasal dari bahasa inggris "Cut Land" yang berarti tanah patah wilayah ini adalah wilayah patahan gempa bumi yang paling aktif di dunia dan kemudian gudang penyimpanan di tempat yang sekarang menjadi Kota Bengkulu. Saat itu, ekspedisi EIC dipimpin oleh Ralph Ord dan William Cowley untuk mencari pengganti pusat perdagangan lada setelah Pelabuhan Banten jatuh ke tangan VOC, dan EIC dilarang berdagang di sana. Traktat dengan Kerajaan Selebar pada tanggal 12 Juli 1685 mengizinkan Inggris untuk mendirikan benteng dan berbagai gedung perdagangan. Benteng York didirikan tahun 1685 di sekitar muara Sungai Serut. Sejak 1713, dibangun benteng Marlborough (selesai 1719) yang hingga sekarang masih tegak berdiri. Namun demikian, perusahaan ini lama kelamaan menyadari tempat itu tidak menguntungkan karena tidak bisa menghasilkan lada dalam jumlah mencukupi. Sejak dilaksanakannya Perjanjian London pada tahun 1824, Bengkulu diserahkan ke Belanda, dengan imbalan Malaka sekaligus penegasan atas kepemilikan Tumasik/Singapura dan Pulau Belitung). Sejak perjanjian itu Bengkulu menjadi bagian dari Hindia Belanda. Penemuan deposit emas di daerah Rejang Lebong pada paruh kedua abad ke-19 menjadikan tempat itu sebagai pusat penambangan emas hingga abad ke-20. Saat ini, kegiatan penambangan komersial telah dihentikan semenjak habisnya deposit. Pada tahun 1930-an, Bengkulu menjadi tempat pembuangan sejumlah aktivis pendukung kemerdekaan, termasuk Sukarno. Di masa inilah Sukarno berkenalan dengan Fatmawati yang kelak menjadi isterinya. Setelah kemerdekaan Indonesia, Bengkulu menjadi keresidenan dalam provinsi Sumatera Selatan. Baru sejak tanggal 18 November 1968 ditingkatkan statusnya menjadi provinsi ke-26 (termuda sebelum Timor Timur).

Bengkulu memiliki kerajinan tradisional batik besurek, yakni kain batik yang dihiasi huruf-huruf Arab gundul. Tarian tradisionalnya antara lain:
  • Tari Tombak Kerbau.
  • Tari Putri Gading Cempaka.
  • Tari Sekapur Sirih.
  • Tari Pukek.
  • Tari Andung
  • Tari Kejai.

Seni musiknya adalah:

  • Geritan, yaitu cerita sambil berlagu.
  • Serambeak, yang berupa patatah-petitih.
  • Andi-andi, yaitu seni sastra yang berupa nasihat

Sumber: wikipedia.org



KEBUDAYAAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

Sekilas Budaya Provinsi Sumatera Selatan 
Suku Bangsa, Budaya, dan Agama 

Provinsi Sumatera Selatan merupakan suatu kawasan seluas 87.017 kilometer persegi di Indonesia Bagian Barat yang terletak di sebelah Selatan garis khatulistiwa pada 1 o -4 o Lintang Selatan dan 102 o -108 o Bujur Timur. Bagian daratan provinsi ini berbatasan dengan provinsi Jambi di sebelah Utara. Provinsi Lampung di Selatan dan provinsi Bengkulu dibagian Timur dibatasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sumatera Selatan dikenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya karena wilayah ini pada abad 7-12 Masehi merupakan pusat kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Indonesia yang berpengaruh sampai ke Formosa dan Cina di Asia serta Madagaskar di Afrika. Di samping itu, Sumatera Selatan sering pula disebut sebagai Daerah Batang Hari Sembilan, karena kawasan ini terdapat 9 sungai besar yang dapat dilayari sampai jauh ke hulu. Yakni, Sungai Musi, Ogan, Komering, Lematang, Lakitan, Kelingi, Rawas, Batanghari Leko dan Lalan serta puluhan lagi cabang-cabangnya.

KEBUDAYAAN PROVINSI LAMPUNG

Sekilas Budaya Provinsi Lampung 
Suku Bangsa, Budaya, dan Agama 

Lampung menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan sastra, baik sastra (berbahasa) Indonesia maupun sastra (berbahasa) Lampung. Kehidupan sastra (Indonesia) di Lampung dapat dikatakan sangat ingar-bingar meskipun usia dunia kesusastraan Lampung relatif masih muda. Penyair Iwan Nurdaya-Djafar yang baru kembali ke Lampung setelah selesai kuliah di Bandung sekitar 1980-an mengaku kepenyairan di Lampung masih sepi. Dia baru menjumpai Isbedy Stiawan ZS, A.M. Zulqornain, Sugandhi Putra, Djuhardi Basri, Naim Emel Prahana dan beberapa nama lainnya. Barulah memasuki 1990-an kemudian Lampung mulai semarak dengan penyair-penyair seperti Iswadi Pratama, Budi P. Hatees, Panji Utama, Udo Z. Karzi, Ahmad Yulden Erwin, Christian Heru Cahyo dan lain-lain. Menyusul kemudian Ari Pahala Hutabarat, Budi Elpiji, Rifian A. Chepy, Dahta Gautama dkk. Kini ada Dina Oktaviani, Alex R. Nainggolan, Jimmy Maruli Alfian, Y. Wibowo, Inggit Putria Marga, Nersalya Renata dan Lupita Lukman. Selain itu ada cerpenis Dyah Merta dan M. Arman AZ.. Leksikon Seniman Lampung (2005) menyebutkan tidak kurang dari 36 penyair/sastrawan Lampung yang meramaikan lembar-lembar sastra koran, jurnal dan majalah seantero negeri.

KEBUDAYAAN PROVINSI BALI

Sekilas Provinsi Bali 
Agama, Adat, dan Budaya 

Di Bali dikenal satu bait sastra yang intinya digunakan sebagai slogan lambang negara Indonesia, yaitu: Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Manggrua, yang bermakna 'Kendati berbeda namun tetap satu jua, tiada duanya (Tuhan - Kebenaran) itu'. Bisa dipahami jika masyarakat Bali dapat hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain seperti Islam, Kristen, Budha, dan lainnya. Pandangan ini merupakan bantahan terhadap penilaian sementara orang bahwa Agama Hindu memuja banyak Tuhan. Kendati masyarakat Hindu di Bali menyebut Tuhan dengan berbagai nama namun yang dituju tetaplah satu, Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa, yang disebut Tri Murti, kendati terpilah tiga, namun terkait satu jua sebagai proses lahir-hidup-mati atau utpeti-stiti-pralina. Dewata Nawa Sanga sebagai sembilan Dewata yang menempati delapan arah mata angin dan satu di tengah kendati terpilah sembilan lalu menjadi sebelas tatkala terpadu dengan lapis ruang ke arah vertikal bawah-atas-tengah atau bhur-bwah-swah, adalah satu jua sebagai kekuatan Tuhan dalam menjaga keseimbangan alam semesta. Demikian pula halnya dengan nama dan sebutan lain yang dimaksudkan secara khusus memberikan gelar atas ke-Mahakuasa-an Tuhan.