Selasa, 16 September 2014

KEBUDAYAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Sekilas Budaya Provinsi Kepulauan Riau 
Profil Kepulauan Riau 

Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi yang penuh dengan limpahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Selain letak geografisnya yang sangat strategis karena berada pada pintu masuk Selat Malaka dari sebelah Timur juga berbatasan dengan pusat bisnis dan keuangan di Asia Pasifik yakni Singapura. Disamping itu Provinsi ini juga berbatasan langsung dengan Malaysia.

Dengan Motto Berpancang Amanah, Bersauh Marwah, Provinsi Kepulauan Riau bertekad untuk membangun daerahnya menjadi salah satu pusat pertumbuhan perekonomian nasional dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Budaya Melayu yang didukung oleh masyarakat yang sejahtera, cerdas, dan berakhlak mulia.

Dalam memberdayakan berbagai potensi yang ada, Provinsi Kepulauan Riau berusaha untuk tetap menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui penerapan good governance dan clean government dengan memberikan kemudahan berinvestasi sehingga dapat menarik lebih banyak investor baik domestik maupun asing untuk menanamkan modalnya.
Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga. Secara keseluruhan Wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 4 Kabupaten dan 2 Kota, 42 Kecamatan serta 256 Kelurahan/Desa dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil dimana 40% belum bernama dan berpenduduk. Adapun luas wilayahnya sebesar 252.601 Km2, di mana 95% - nya merupakan lautan dan hanya 5% merupakan wilayah darat, dengan batas wilayah sebagai berikut :
Utara dengan Vietnam dan Kamboja
Selatan dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi
Barat dengan Singapura, Malaysia, dan Provinsi Riau
Timur dengan Malaysia, Brunei, dan Provinsi Kalimantan Barat


Dengan letak geografis yang strategis (antara Laut Cina Selatan, Selat Malaka dengan Selat Karimata) serta didukung potensi alam yang sangat potensial, Provinsi Kepulauan Riau dimungkinkan untuk menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi bagi Republik Indonesia dimasa depan. Apalagi saat ini pada beberapa daerah di Kepulauan Riau (Batam, Bintan, dan Karimun) tengah diupayakan sebagai pilot project pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui kerjasama dengan Pemerintah Singapura.

Penerapan kebijakan KEK di Batam-Bintan-Karimun, merupakan bentuk kerjasama yang erat antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan partisipasi dunia usaha. KEK ini nantinya merupakan simpul-simpul dari pusat kegiatan ekonomi unggulan, yang didukung baik fasilitas pelayanan prima maupun kapasitas prasarana yang berdaya saing internasional. Setiap pelaku usaha yang berlokasi di dalamnya, akan memperoleh pelayanan dan fasilitas yang mutunya dapat bersaing dengan praktik-praktik terbaik dari kawasan sejenis di Asia-Pasifik.


Pakaian Tradisional Provinsi Kepulauan Riau 


Seperti halnya masyarakat pada sukubangsa lainnya, masyarakat Melayu Kepulauan Riau juga mengenal berbagai macam upacara, baik yang berkenaan dengan keagamaan, lingkungan alam sekitarnya maupun lingkaran hidup individu. Dalam upacara perkawinan misalnya, Perempuan Melayu menggunakan baju kurung leher tulang belut beserta kain songket dari berbagai daerah, seperti: Sambas (Kalimantan Barat), Palembang, Siak Sri Indrapura, dan Malaka (Malaysia). Pada saat-saat seperti itu mereka juga menggunakan selendang yang dilampirkan di atas bahu kiri, dengan rambut tersisir rapi dan disanggul lipat pandan. Sanggul model ini sangat disukai karena terkesan anggun. Adapun warna pakaian yang dikenakan beraneka ragam mulai dari merah, biru, kuning, sampai hitam.


Selain baju kurung leher tulang belut ada juga yang mengenakan kebaya pendek dengan sampin yang terbuat dari songket atau kain batik Jawa. Warna selendang disesuaikan dengan warna bajunya. Sedangkan, pakaian yang dikenakan oleh para orang tua adalah kebaya labuh, yaitu kebaya panjang yang dilengkapi dengan selendang manto (selendang yang terbuat dari kain yang ditekat). Warna pakaian yang disebut sebagai kebaya labuh ini ada yang krem, coklat, biru, dan ada pula yang hijau.

Hiasan kain songket yang dipakai untuk mengikuti berbagai upacara di lingkaran hidup individu dan keagamaan, seperti perkawinan, khitanan, aqiqah, dan pemberian nama bayi, dan Khatam Al Quran adalah pucuk rebung, lebah bergantung, wajik, bunga tabur atau bunga pecah delapan, bunga pecah empat, serta ragam hias kuntum tak jadi. Selain ragam hias itu ada ragam hias yang dikaitkan dengan keadaan kehidupan sehari-hari yang diinginkan. Ragam hias itik pulang petang, semut beriring, dan siku keluang adalah simbol dari kegotong-royongan, kekompakan, keberanian, dan kebebasan. Kemudian, dalam bentuk tumbuh-tumbuhan pun ada seperti: daun, bunga, dan akar. Ketiga unsur tumbuhan tersebut adalah simbol dari: kesuburan, kemakmuran, dan keselarasan. Sedangkan, dalam bentuk yang lain adalah awan larat yang menyimbolkan keabadian, dan wajik yang terpotong-potong sebagai simbol keadilan dalam setiap tindakan.

Pada saat menghadiri upacara keagamaan, seperti: Maulud Nabi Muhammad S.A.W, Isra Miraj, dan Nuzulul Quran, baju yang mereka kenakan antara lain: leher tulang belut, kebaya panjang, dan kebaya pendek. Baju-baju tersebut dilengkapi dengan sampin, songket, atau kain batik yang merupakan pasangannya. Kelengkapan yang lain adalah alas kaki yang berupa sandal atau selipa. Pada saat-saat seperti itu pula rambut disisir rapi, disanggul dan dikerudungi (menggunakan kerudung).

Bagi perempuan yang telah menunaikan rukun Islam kelima (pergi haji ke tanah suci Mekkah), yang oleh masyarakat setempat disebut sebagai hajjah, baju yang dikenakan adalah gunting jubah. Baju ini sering disebut juga sebagai gamis, yaitu baju longgar yang belahannya ada di bagian depan, berkancing, dan panjangnya sampai ke pertengahan betis. Jubah ini dilengkapi dengan kain yang terbuat dari bahan dan warna yang sama. Adapun warnanya ada yang biru tua, krem, dan ada yang putih. Kelengkapan yang lain adalah penutup kepala yang berupa kerudung atau jilbab.

Pada saat mengikuti kenduri dan juga pesta perkawinan baju yang dikenakan oleh kaum perempuan juga sama, yaitu baju kurung leher tulang belut. Sedangkan, yang jadi pengantin mengenakan songket beserta aksesorisnya. Pada saat akad nikah para perempuannya mengenakan baju kebaya labuh dengan warna putih atau krem yang dipadukan dengan songket yang selaras dengan bajunya. Dalam acara ini aksesoris berkurang. Umumnya hanya mengenakan sanggul lipat pandan yang dihiasi dengan kembang goyang dan kerudung. Tidak beralas kaki karena umumnya duduk di bawah (lantai). Pakaian yang beraneka warna beserta aksesoris yang lengkap baru dikenakan manakala acara bersanding. Demikian banyak aksesoris yang dikenakannya, sehingga terkesan megah. Oleh karena itu, sangatlah tepat apa yang dikatakan orang bahwa pada saat bersanding pengantin diibaratkan �bagaikan ratu sehari�.

Pada acara bersanding barulah mereka mengenakan pakaian yang warna-warni dengan aksesorisnya, sehingga menambah kecantikan pengantin dengan kemegahan pakaian yang dikenakannya. Oleh karena itu, wajarlah apabila mereka disebut sebagai ratu sehari karena penampilannya menyerupai seorang ratu kerajaan. Seorang pengantin tidak baik mengganti pakaian lebih dari tiga kali karena dapat berakibat keadaan rumah tangganya tidak rukun atau tidak awet. Baju pengantin terbuat dari kain songket yang memakai benang emas. Warnanya ada kuning keemasan dan ada pula yang merah. Warna yang disebutkan terakhir ini biasanya digunakan oleh pengantin perempuan pada saat bersanding. Kemudian, alas kaki yang digunakan adalah kasut sendal, yaitu sepatu yang bagian belakangnya terbuka, sehingga terlihat tumitnya. Sementara, jari-jarinya tertutup semua.

Dibandingkan dengan pengantin lelaki, aksesoris pengantin perempuan lebih beragam. Ada sanggul lintang yang terletak tepat di atas ubun-ubun. Sanggul ini fungsinya adalah sebagai tempat untuk menempelkan atau memasukkan kembang goyang, jurai (kote-kote) gandik (penutup kening). Jurai itu sendiri dikenakan pada samping kiri dan kanan kepala, tepatnya di atas telinga. Selain sanggul lintang, ada sanggul lagi yang disebut sebagai sanggul lipat pandan. Sanggul ini terletak di bawah sanggul lintan. Berbeda dengan waktu Ijab Kabul yang hanya memakai tiga buah kembang goyang pada sanggul sebelah kiri. Pada waktu acara bersanding ini, kembang goyang memenuhi sanggul lintang tersebut. Kalung, gelang, cincin juga dikenakan. Selain itu, kuku jari-jari tangannya dan kakinya tidak lepas dari inai (cat kuku yang berwarna merah).

Sekitar tahun 60-an orang yang berprofesi sebagai mak andam tidak pernah rangkap dalam merias pengantin. Jadi, hanya satu pengantin yang ditanganinya, karena sebelum bersanding calon pengantin dalam rawatannya. Padahal, lama rawatan bisa dua sampai tiga bulan. Dalam masa perawatan itu calon pengantin tidak diperbolehkan keluar. Ia dilulur dan dimandikan dengan rempah ratus (ramuan yang terdiri dari bunga-bungan, daun-daun, dan akar wangi). Setelah itu, semua bulu-bulu halus yang ada ditubuhnya dibuang. Perawatan tersebut memerlukan waktu yang lama dan harus sabar serta cermat. Tujuannya adalah agar pada saatnya, yaitu ketika bersanding, pengantin tampak berbeda dari kesehariannya.

Konon, dalam pemotongan rambut pengantin yang hanya beberapa helai, sebelumnya didahului oleh pembacaan mantera. Dan, ini adalah saat-saat yang sangat ditunggu oleh kerabat dan tetangga dekat. Ada apa kiranya dengan pemotongan itu, sehingga banyak yang menunggu? Ternyata jika rambut yang diambil dari ubun-ubun, belakang, dan sisi kanan atau kiri kepala ditaruh di ujung hidung si pengantin, kemudian rambut tersebut dipotong dan jatuh sebagaimana biasanya, maka si pengantin masih perawan. Sebaliknya, jika rambut tersebut jatuh dan tergulung, maka si pengantin sudah tidak perawan lagi. Sekarang tampaknya hal itu tidak pernah dilakukan lagi.

Sementara itu, pakaian yang dikenakan oleh anak-anak perempuan dalam upacara perkawinan adalah baju kurung tulang belut beserta pasangannya, ditambah dengan sarung palekat atau kain songket. Sedangkan, penutup kepalanya adalah kerundung atau jilbab. Kemudian, ketika mereka mengikuti upacara yang berkenaan dengan keagamaan, seperti: Maulud Nabi, Idul Adha, Idul Fitri, dan khataman, maka pakaian yang dikenakan adalah sama, kecuali remajanya. Dalam hal ini para remajanya mengenakan kebaya dengan kain batik atau songket yang juga dilengkapi dengan kerudung dan capal. Selain pakaian tersebut ada juga yang menggunakan baju gamis (jubahnya perempuan). Berbagai bentuk pakaian tersebut warnanya beragam dan kebanyakan bermotif bunga.


Tari Tradisional Provinsi Kepulauan Riau 

Tari Malemang
Memperkenalkan kepada anda tarian tradisional dari Kepulauan Riau ,Tanjung Pinang,yakni Tari Melemang. Tanjung Pinang merupakan ibukota propinsi Kepulauan Riau yang terletak di pulau Bintan. Secara geografis, Tanjung Pinang berbatasan dengan kecamatan Bintan Utara di sebelah Utara, kecamatan Bintan Timur di sebelah Selatan, kecamatan Bintan Timur di sebelah Timur, serta kecamatan Galang kota Batam di sebelah Barat. Untuk menuju Tanjungpinang dari Jakarta, anda dapat berangkat menggunakan pesawat terbang dari Bandara Internasional Soekarno Hatta dan tiba di Bandara Raja Haji Fisabilillah. Dari Bandara Raja Haji Fisabilillah, anda dapat menuju pusat kota Tanjungpinang menggunakan angkutan umum berupa taxi. Pada bulan Juli dan Agustus setiap tahunnya di Tanjung Pinang, anda dapat menyaksikan pertunjukan tari tradisional Melemang pada saat acara Gawai Seni Kota Tanjungpinang.


Menurut sejarahnya, tari Melemang merupakan tarian tradisional yang berasal dari Tanjungpisau Negeri Bentan Penaga, kecamatan Bintan. Tari Melemang dimainkan kali pertama sekitar abad ke-12. Ketika itu, tari Melemang hanya dimainkan di istana Kerajaan Melayu Bentan yang pusatnya berada di Bukit Batu, Bintan. Tarian ini hanya dipersembahkan bagi Raja ketika sang Raja sedang beristirahat. Karena merupakan tarian istana, tari Melemang ditarikan oleh para dayang kerajaan Bentan. Namun sejak Kerajaan Bentan mengalami keruntuhan, tari Melemang berubah menjadi pertunjukan hiburan rakyat.

Dalam sebuah pertunjukan, tari Melemang dimainkan oleh 14 orang, diantaranya seorang pemain berperan sebagai Raja, seorang berperan sebagai permaisuri, seorang berperan sebagai puteri, empat orang sebagai pemusik, seorang sebagai penyanyi, serta enam orang sebagai penari. Para pemain Melemang mengenakan kostum dan tata rias bergaya Melayu namun sesuai dengan perannya. Biasanya, pemain wanita pada pertunjukan tari Melemang mengenakan baju kurung panjang sebagai atasan dan kain atau sarung panjang sebagai bawahan. Sementara pemain lelaki mengenakan baju kurung panjang sebagai atasan dan celana panjang sebagai bawahan. Sebagai pelengkap kostum, pemain lelaki juga mengenakan topi atau kopiah berwarna hitam.

Nyanyian berbahasa Melayu yang mengisahkan kehidupan seorang raja di sebuah kerajaan menjadi ciri khas dari pertunjukan tari Melemang. Nyanyian itu menjadi pengiring dari seluruh rangkaian gerak yang ditarikan para penari Melemang. Dengan diiringi alunan musik akordion, gong, biola, serta tambur, perpaduan tari dan nyanyian ini berlangsung sekitar 1 jam. Yang menjadi daya tarik khusus dari pertunjukan tari Melemang yakni gerakannya. Dengan posisi berdiri sambil membongkokkan badan ke belakang, penari berusaha mengambil sapu tangan yang diletakkan di permukaan lantai. Melalui kepiawaian dan keterampilan yang tidak semua orang dapat melakukannya, dengan sempurna penari Melemang mampu mengambil sapu tangan itu.


Alat Musik Tradisional Provinsi Kepulauan Riau 


Musik ghazal merupakan salah satu jenis musik tradisional yang berkembang di tanah Melayu, salah satunya di Kepulauan Riau.Ghazal memadukan keindahan musik dan kedalaman makna syair.


Asal-usul
Ghazal merupakan salah satu jenis musik yang berkembang di Kepulauan Riau. Salah satu wilayah yang menjadi tempat berkembangnya permainan musik ini adalah Pulau Penyengat yang merupakan salah satu dari gugusan pulau-pulau di Kepulauan Riau. Pulau Penyengat terletak di sebelah Pulau Bintan (Asri, 2008: 13).

Mayoritas masyarakat Pulau Penyengat beragama Islam dan inilah yang menjadi alasan mengapa kesenian yang berkembang di pulau ini kental dengan kebudayaan Islam. Salah satu jenis kesenian yang bercorak Islam itu adalah musik ghazal. Islam yang dibawa oleh kaum saudagar Arab dan persia mulai masuk ke wilayah Kepulauan Riau sejak abad ke-18. Selain bermaksud untuk berniaga, kaum pedagang asing itu ersebut juga membawa agama, kebudayaan, dan berbagai macam kesenian.

>Musik ghazal merupakan hasil perpaduan antara kebudayaan yang dibawa oleh pendatang dengan kebudayaan setempat. Perpaduan konsep musik ghazal dengan budaya dan tradisi setempat ini memunculkan bentuk budaya baru. Salah satu kekhasan musik ghazal masyarakat Melayu dibanding bentuk musik ghazal aslinya adalah adanya syair-syair Melayu dalam permainan musik tersebut.

Di daerah asalnya, Persia dan kawasan Arab lainnya, ghazal merupakan bentuk puisi berima yang setiap barisnya memiliki bentuk yang sama. Puisi ini merupakan bentuk ekspresi rasa sakit karena kehilangan atau perpisahan. Ghazal juga merupakan bentuk ekspresi rasa cinta meski di dalamnya terdapat rasa sakit yang diderita itu. Penyair mistik Persia, Jalaludin Rumi, adalah orang pertama yang menulis jenis syair ini pada abad ke-13.

Kiprah Rumi dilanjutkan oleh Hafez selang satu abad kemudian. Selanjutnya menyusul penyair Fuzuli Azeri pada abad ke-16, serta Mirza Ghalib (1797-869) dan Muhammad Iqbal (1877-1938). Dua orang ini menulis ghazal dalam bahasa Persia dan Urdu. Kesenian ghazal mulai menyebar ke Asia Selatan sejak abad ke-12. Saat kini, bentuk kesenian ini telah berkembang di berbagai daerah dan bentuk puisinya ditemukan dalam berbagai bahasa.

Masuknya musik ghazal di Kepulauan Riau tidak lepas dari peran seorang tokoh bernama Lomak. Awalnya, Lomak menyebarkan ghazal di daerah Johor, Malaysia. Lambat-laun, ghazal berkembang ke berbagai daerah di sekitarnya, termasuk Pulau Penyengat. Masyarakat Melayu menggunakan musik ghazal sebagai sarana dakwah Islam melalui pelantunanRubaiyat Oemar Khayam. Namun, sebelum musik ini berkembang, yang pertama kali dilakukan oleh Lomak adalah mengembangkan musik ghazal agar diterima oleh masyarakat Melayu. Musik ghazal yang mulanya kental dengan budaya Arab kemudian �dimelayukan� dengan variasi alat musik dan syairnya.

Di Pulau Penyengat, permainan musik ghazal mendapat sambutan positif. Ini terbukti dengan pemberian ruang kepada musik ini untuk berkembang. Sambutan itu muncul bukan hanya dari kalangan masyarakat, namun juga pemerintah daerah. Suasana yang kondusif itulah yang mendorong kemunculan berbagai kelompok musik ghazal di Pulau Penyengat.

Hingga saat ini, permainan musik Melayu ghazal terus berkembang. Para pemain tidak saja semakin piawai dalam memainkan peralatan musiknya, mereka pun melakukan berbagai inovasi dengan menambah jumlah lagi dalam musik tersebut. Musik Melayu ghazal terus dimainkan dalam berbagai kesempatan dan menjadi hiburan dalam berbagai upacara adat atau ketika menyambut tamu kehormatan.


Arsitektur Bangunan Provinsi Kepulauan Riau 

Rumah Adat Daerah Kepulauan Riau - Sebenarnya tidaklah bisa disebut rumah adat Kepulauan Riau, namun disebabkan oleh Riau identik dengan ciri ciri Melayu, maka Rumah adat Kepulauan Riau adalah rumah adat Melayu. Ditambah pula Riau-ini terdapat banyak sungai maka setiap sungai itu beda pula beradaban serta adatnya walaupun banyak terdapat persamaan.
Secara umum ada 5 jenis rumah adat Melayu Riau:
  • Balai Salaso Jatuh,
  • Rumah Adat Salaso Jatuh Kembar,
  • Rumah Melayu Atap Limas,
  • Rumah Melayu Lipat Kajang dan
  • Rumah Melayu Atap Lontik.
Bentuk rumah tradisional daerah Riau pada umumnya adalah rumah panggung yang berdiri diatas tiang dengan bangunan persegi panjang. Dari beberapa bentuk rumah, semuanya hampir serupa, baik tangga, pintu, dinding, susunan ruangannya identik, kecuali rumah lontik yang-mendapat pengaruh Minang.
- Rumah Lontik/Lancang (Kampar)
Rumah lontik yang dapat juga disebut rumah lancang karena rumah ini bentuk, ciri atapnya melengkung keatas, agak runcing seperti tanduk kerbau. Sedangkan dindingnya miring keluar dengan hiasan kaki dinding mirip perahu atau lancang. Hal itu melambangkan penghormatan kepada Tuhan dan-sesama. Rumah adat lontik diperkirakan dapat pengaruh dari kebudayaan Minangkabau karena kabanyakan terdapat di daerah yang berbatasan dengan Sumatera Barat. Tangga rumah biasanya ganjil.
- Balai Salaso Jatuh
Balai salaso jatuh adalah bangunan seperti rumah adat tapi fungsinya bukan untuk tempat tinggal melainkan untuk musyawarah atau rapat secara adat. Sesuai dengan fungsinya bangunan ini mempunyai macam-macam nama antara lain : Balairung Sari, Balai Penobatan, Balai Kerapatan dan lain-lain. Bangunan tersebut kini tidak ada lagi, didesa-desa tempat musyawarah dilakukan di rumah Penghulu, sedangkan yang menyangklut keagamaan dilakukan di masjid.
Ciri - ciri Balai Salaso Jatuh mempunyai selasar keliling yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah, karena itu dikatakan Salaso Jatuh. Semua bangunan baik rumah adat maupun balai adat diberi hiasan terutama berupa ukiran.
Puncak atap selalu ada hiasan kayu yang mencuat keatas bersilangan dan biasanya hiasan ini diberi ukiran yang disebut Salembayung atau Sulobuyung yang mengandung makna pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.


Makanan Tradisional Provinsi Kepulauan Riau 

Mie Lendir merupakan makanan khas Pulau Batam dan Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Makanan ini terdiri dari mie kuning yang direbus bersama taoge dan disajikan bersama sebutir telur rebus yang dibelah dua, kemudian disiram dengan kuah kacang yang kental. Kuah kacang kental inilah yang menjadi asal nama Mie Lendir.

Sebagai suku asli yang telah lama menghuni Batam dan Bintan sejak berabad silam, tak heran kalau tradisi Melayu lebih dominan di kota ini. Memperoleh makanan yang khas memang cukup sulit ditemukan, hal ini dikarenakan lokasi Batam yang heterogen.

Sebagai satu-satunya tempat tongkrongan terfavorit bagi kaum muda di Batam, Melayu Square memperkenalkan berbagai macam masakan khas Melayu. Lokasi tepatnya terletak di tepi Diantaranya adalah Lakse, Mie Lendir dan lain-lain.

Lakse adalah salah satu hidangan khas Melayu berupa kuah yang berisi bengkoang, ketimun, mie kuning, tauge, kecambah dan kari ikan tamban. Menu ini selalu siap menanti kedatangan Anda untuk segera menikmatinya.

Sedangkan, Mie Lendir merupakan makanan khas Melayu yang terdiri dari mie, kecambah dan telur ayam rebus, kemudian disiram kuah kental, sehingga terlihat seperti lendir. Terlihat aneh memang, namun rasanya yang gurih dan tidak terlalu pedas, menjadikan Mie Lendir mempunyai ciri khas tersendiri, sebagai hidangan utama kota Batam.Selain itu, menu Mie Lendir pedas dapat dinikmati jika ditambahkan dengan irisan cabe rawit.


Sumber: kepriprov.go.id



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa Komennya, Ya ..??