Rabu, 10 September 2014

KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA BARAT

Sekilas Budaya Provinsi Jawa Barat 
Suku Bangsa, Budaya, dan Agama 

Provinsi Jawa Barat dibentuk pertamakali tanggal 14 Agustus berdasarkan penetapan Pemerintah Hindia Belanda melalui staatblad 1924 Nomor : 378 tanggal 14 Agustus 1926, pada masa pra kemerdekaan dan pada tanggal 19 Agustus 1945 berdasarkan penetapan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) membagi kembali Daerah Negara Republik Indonesia menjadi delapan provinsi yang salah satunya Provinsi Jawa Barat. Pembentukan Provinsi Jawa barat ini kemudian ditetapkan kembali oleh Undang-undang Nomor 11 tahun 1950. Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah No 26 Tahun 2010 bahwa tanggal 19 Agustus 1945 ditetapkan sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Barat.


Gerografis
Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5o50' - 7o50' Lintang Selatan dan 104o48' - 108o48' Bujur Timur, dengan batas wilayah : sebelah Utara, berbatasan dengan Laut Jawa dan Provinsi DKI Jakarta; sebelah Timur, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah; sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia; dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Banten. Luas wilayah Provinsi Jawa Barat meliputi wilayah daratan seluas 3.710.061,32 hektar dan garis pantai sepanjang 755,829 km. Daratan Jawa Barat dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam (9,5% dari total luas wilayah Jawa Barat) terletak di bagian Selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut (dpl); wilayah lereng bukit yang landai (36,48%) terletak di bagian Tengah dengan ketinggian 10 - 1.500 m dpl; dan wilayah dataran luas (54,03%) terletak di bagian Utara dengan ketinggian 0 - 10 m dpl. Tutupan lahan terluas di Jawa Barat berupa kebun campuran (22,89 % dari luas wilayah Jawa Barat), sawah (20,27%), dan perkebunan (17,41%), sementara hutan primer dan hutan sekunder di Jawa Barat hanya 15,93% dari seluruh luas wilayah Jawa Barat. Iklim di Jawa Barat yaitu tropis, dengan suhu rata-rata berkisar antara 17,4 - 30,7 derajat celcius dan kelembaban udara antara 73-84%. Data BMKG menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2008, turun hujan selama 1-26 hari setiap bulannya dengan curah hujan antara 3,6 hingga 332,8 mm. Jawa Barat dialiri 40 sungai dengan wilayah seluas 37.175,97 km2. Jawa Barat juga memiliki 1.267waduk/situdengan potensi air permukaan lebih dari 10.000juta m3.Air permukaan tersebut dimanfaatkan untuk kebutuhan industri, pertanian, dan air minum.Terdapat peningkatan jumlah perusahaan yang aktif memanfaatkan air permukaan menjadi 625 perusahaan dari 606 perusahaan pada tahun 2007. Secara administratif, Provinsi Jawa Barat terdiri dari 17 kabupaten dan 9 kota; 520 kecamatan; 5.245 desa dan 626 kelurahan.
Perlindungan dan proses pengembangan Budaya dan Bahasa yang ada di Jawa Barat secara kongrit dimulai dengan adanya Kongres Jawa Barat, kongres Jawa Barat merupakan sebuah wadah berkumpulnya para tokoh masyarakat Jawa Barat untuk membicarakan berbagai persoalan sosial-kemasyarakatan yang ada di Jawa Barat.

Pakaian Adat Provinsi Jawa Barat 

Jawa Barat memiliki pakaian adat yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Kain kebaya pada dasarnya digunakan perempuan di semua lapisan, baik rakyat biasan maupun bangsawan. Perbedaannya mungkin hanya pada bahan kebaya yang digunakan serta corak hiasnya.
Pakaian untuk laki-laki pada umumnya adalah baju takwa dan celana warna hitam, dilengkapi dengan kain dodot dan tutup kepala bendo terbuat dari kain batik halus bermotif sama dengan kain dodot. Untuk kesempatan resmi, pakaian perempuan Priangan dilengkapi dengan sehelai selendang berwarna sama dengan kebaya dan alas kakinya berupa sandal selop.
Pada bagian kebaya dari leher sampai ujung bawah kebaya surawe terdapat hiasan dari pasmen, demikian pula pada sekeliling lengan dan pada seputar bawah kebaya. Sebagai penyambung belahan kebaya digunakan peniti.
Sementara itu, masyarakat Cirebon mengenakan baju sorong atau baju kurung. Selain kebaya, kain batik juga digunakan oleh semua lapisan masyarakat di Priangan maupun di Cirebon. Penggunaan kain batik dengan dililitkan pada bagian bawah badan, dari pinggang hingga ke pergelangan kaki. Untuk memperkuat dililitkan beulitan atau sabuk pada pinggang pemakai.
Kelengkapan pakaian bagi kaum perempuan juga diperhatikan. Mereka pada umumnya memakai perhiasan gelang emas atau perak, gelang bahar, suweng pelenis baik yang terbuat dari emas atau perak, dan ali meneng. Sementara kaum laki-laki pada umumnya memakai cincin emas, hiasan jas di bagian dada, yang terdiri dari rantai emas atau perak dengan liontin dari kuku harimau.

Seni Tari Provinsi Jawa Barat 

Tari Jaipong 


Jaipongan adalah sebuah genre kesenian yang lahir dari kreativitas seorang seniman Bandung, yakni Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu membuat seorang Gugum Gumbira mengetahui dan mengenal betul perbendaharaan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kiliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, Pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak minced dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.
Namun sebelum bentuk seni pertunjukkan itu muncul ada pengaruh yang melatar belakangi bentuk dari pergaulan tersebut. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukkan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan Ronggeng dan Pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan Ronggeng dalam seni pertunjukkan memilki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini popular sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukkan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur yang sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk dar goong. Demikian pula dengar gerak-gerak tarinya yang tidaN memiliki pola gerak yang baku kostum penari yang sederhanz sebagai cerminan kerakyatan.

Seiring dengar rnemudarnya jenis kesenian d atas, mantan pamogorar (penonton yang berperan akti dalam seni pertunjukkan Ketuk Tilu/Doper/Tayub), beralih perhatiannya pada seni pertunjukkan Kiliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Purwakarta, Bekasi, Indramayu dan Subang) dikenal dengan sebutan Kiliningar, Bajidoran yang pola ibingnya maupun peristiwa pertunjukkannya mempunyai kemiripan dengar kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, dimana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian Topeng Banjet ini. Secara koreografi tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) dimana terdapat gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan_ Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
Kemunculan tarian hasil karya Gugum Gumbira pada awalanya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tiiu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi popular dengan sebutan Jaipongan.
Karya Jaipongan pertama yang dikenal oleh masyarakat adalah tari Daun Pufus Keser Bojong dan tari Rendeng Bojong, yang keduanya merupakan jenis tai putrid dan berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali dan Pepen Dedi Kurnaedi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, dimana isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dart vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah Tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI Stasiun Pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukkan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.
Kehadiran Tari Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggarap seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya Tarl Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni taxi unttuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan dan dimanfaatkan pula oleh pengusaha-pengusaha Pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacarn ini dibentuk oleh para penggiat taxi sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tan atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya kaleran.
Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas dan kesederhanaan (alami/apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian taxi pada pertunjukkannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada Seni jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya Kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini sebagai berikut : 1) Tatalu ; 2) Kembang Gadung 3) Buah Kawung Gopar ; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinde Tatandakan (seorang Sinden tetapi tidak menyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukkan ketika para penonton (Bajidor) sawer uang (Jabanan) sambil salam temple. Istilah Jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).
Perkembangan selanjutnya dari Jaipongan terjadi pada tahun 1980-1990-an, dimana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Man gut, Iring-firing Daun Puring, Rawayan dan Tari Kawung Anten. Dari tari­tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepi, Agah, Aa Suryabrata dan Asep Safaat.

Dewasa ini Tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas kesenian Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara­acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan Tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke mancanegara senantiasa dilengkapi dengan Tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukkan wayang, degung, genjring/terebangan. kacapi jaipong dan hampir semua pertunjukkan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong menjadi kesenian Pong-Dut. (Sumber : www.westjavatourism.com)

Musik Tradisional Provinsi Jawa Barat 


Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian local atau tradisional.

Namun karena bunyi-bunyian yang ditimbulkan dari angklung memiliki kandungan local dan internasional seperti bunyi yang bertangga nada duremi fa so la si du dan daminatilada maka angklung cepat berkembang tidak saja dipertunjukkan pada kelompok local tapi juga dipertunjukkan pada kelompok regional, nasional dan internasional. Bahkan konon khabarnya pertunjukan angklung pernah dipertunjukan didepan Para pemimpin Negara pada Konferensi Asia Afika di Gedung Merdeka Bandung pada tahun 1955.

Jumlah pemain angklung antara satu orang sampai banyak orang bahkan bisa dimainkan pada kelompok 50 orang sampai 100 orang dan dapat diintegrasikan dengan alat lainnya seperti; piano, organ, gitar, drum, dll Atau pertunjukannya dapat dikombinasikan dengan kelompok; band, dan orkestra.

Selain sebagai alat seni dan kesenian, angklung juga digunakan sebagai souvenir atau buah tangan setelah dihiasi berbagai asasories lainnya.

Sepeninggal Daeng Sutigna kreasi kesenian angklung diteruskan oleh ¿Mang Ujo dan Erwin Anwar¿. Bahkan Mang Ujo telah membuat pusat pembuatan dan pengembangan kreasi kesenian angklung yang disebut Saung angklung Mang Ujo" yang berlokasi di Padasuka Cicaheum Bandung. Salah satu program yang ia lakukan khususya untuk mempertahankan "kesenian angklung" adalah memperkenalkan angklung kepada para siswa mulai TK, sd. SLTA dan bahkan telah menjadi salah satu kurikulum pada pada mata pelajaran local (mulok).

Arsitektur Provinsi Jawa Barat 

Seperti halnya provinsi lain yang ada di Indonesia, Jawa Barat memiliki berbagai macam rumah tinggal. Salah satunya adalah rumah tinggal yang disebut jogo anjing, yaitu rumah yang bentuknya segi empat dengan serambi di depan yang bentuknya masih sederhana. Selain itu, juga ada rumah heuaay bodoh yang bentuknya sedikit lebih besar, dan rumah julang ugapok yang mempunyai bentuk atap yang kelihatan megah.
Salah satu bentuk rumah yang ada di daerah Jawa Barat dapat dilihat dari model bangunan Kesultanan Cirebon. Bangunan kesultanan di daerah Cirebon memiliki berbagai ruangan. Ruang jinem pangrawit atau pendopo digunakan sebagai tempat berkumpul para punggawa dan prajurit yang sedang bertugas. Ruang pringgodani digunakan sebagai tempat sultan mengadakan pertemuan dengan para stafnya. Ruang prabayaksa digunakan sebagai tempat sultan menerima tamu penting. Sementara, ruang panembahan adalah tempat sultan bekerja dan beristirahat di siang hari.
Selain ruang-ruang di atas, terdapat ajeng, yaitu bangunan yang terletak paling depan dan digunakan sebagai tempat kesenian untuk menyambut tamu-tamu penting. Kemudian ada lunjuk, bangunan yang digunakan para tamu untuk melapor kedatangannya dengan berbagai keperluan di keraton. Lalu, ada srimenganti, bangunan yang berfungsi sebagai ruang tunggu. Langgar alit adalah tempat beribadah dan kegiatan keagamaan keluarga sultan. Jinem arum adalah ruang pertemuan keluarga sultan. Dan, yang terakhir adalah kaputren, yaitu bangunan tempat tinggal putri sultan.

Makanan Tradisional Provinsi Jawa Barat 

Belum pernah mencoba hidangan kuliner ala masyarakat Sunda Jawa Barat? Kalau Anda sedang berada di bumi pasundan, tak lengkap rasanya jika tidak ikut icip icip makanan asli dari Jawa barat. Berbagai macam jenis olahan masakan kuliner asli khas Sunda memang selalu hadir dengan varian yang sangat menarik dengan cita rasa masakan yang luar biasa. Sehingga pantas saja jika makanan Sunda ini kerap menjadi makanan favorit buat para pecinta kuliner. Sangat berbeda jika di bandingkan dengan rumah makan pada umumnya, Dapur Sunda selalu hadir dengan sungguhan masakan yang berbeda dan siap memanjakan lidah Anda.
Sega Lengko
Nasi lengko ini bisa di jumpai dan merupakan makanan khas masyarakat pantai utara seperti Cirebon. Walaupun terlihat sederhana makanan khas ini sarat dengan protein dan serat juga makanan rendah kalori, karena bahan-bahan untuk membuat nasi lengko adalah 100% non-hewani. Bahan-bahannya untuk membaut nasi lengko ini antara lain: nasi putih ( lebih nikmat kalau masih panas atau hangat), tahu goreng, tempe goreng, mentimun untuk lalap, tauge yang sudah direbus, daun kucai (dipotong kecil-kecil), taburan bawang goreng, serta bumbu kacang (seperti bumbu rujak) dan kecap manis. Pada umumnya kecap manis yang sering dipergunakan adalah kecap manis encer, bukan yang kecap manis kental yang isiramkan ke atas semua bahan.
Karedok
Makanan karedok atau keredok adalah juga merupakan makanan khas daerah di Indonesia asal jawa barat. Makanan karedok ini dibuat dengan menggunakan bahan-bahan diantaranya adalah ketimun, ada tauge, kol, kacang panjang, daun kemangi, serta terong. Sedangkan untuk bahan sausnya dibuat dari bahan cabai merah, bawang putih, kencur, kacang tanah, air asam, gula jawa, garam, dan terasi.

Ladu
Makanan atau jajanan Ladu ini merupakan suatu penganan yang terbuat dari ketan. Makanan tradisional ini yang berasal dari daerah Malangbong, Garut, Jawa Barat. Untuk pembuatan Ladu, bahan dasarnya terbuat dari tepung ketan putih sangrai, kemudian gula putih, gula aren merah, serta kelapa yang telah diparut.

Lotek
Makanan Lotek ini hampir mirip dengan pecel, yaitu jenis makanan dari beberapa sayuran yang sudah direbus kemudian disiram dengan menggunakan sambal dari bumbu bumbu kacang. Yang menjadi keunikan dari makanan ini yaitu bahan untuk sambalnya di samping kacang seringkali juga ditambahkan pakai tempe dan dalam bumbunya ditambahkan terasi, gula merah, dan bawang putih. Pada umumnya makanan lotek ini terasa sedikit lebih manis jika di bandingkan dengan pecel. Disamping itu kalau sambal pecel bumbunya sudah dicampur sebelumnya, sedangkan untuk lotek bumbu baru ditambahkan jika makanan akan dihidangkan. Makanan Lotek ini dapat disajikan dengan pakai lontong atau bisa juga pake nasi hangat, disertai dengan kerupuk dan taburan bawang goreng.

Nama nama makanan tradisional asli khas Jawa Barat lainnya adalah :
Soto Bandung, Batagor, Bakso Kocok, Serabi, Combro, Misro, Serabi Oncom, Peuyeum, Cireng, Combro, Gepuk, Ambokueh, Colenak, Bala-bala, Bandrek, Bajigur, Tahu Sumedang, Dodol Garut, Sega Jamblang, Tahu Gejrot, dll.

Makanan asli sunda, jajanan sunda jawa barat, kuliner sunda jawa barat, makanan tradisional sunda jawa barat, kuliner jawa barat, masakan khas sunda, masakan khas jawa barat.


Sumber :
  • indonesia-liek.blogspot.com
  • carapedia.com
  • jabarprov.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa Komennya, Ya ..??