Selasa, 16 September 2014

KEBUDAYAAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

Sekilas Budaya Provinsi Bangka Belitung 
Profil Kebudayaan Bangka Belitung 

Perisai Bersudut Lima, melambangkan Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kepulauan Bangka Belitung, melambangkan wilayah, masyarakat, sistem pemerintah, kebudayaan dan sumberdaya alam Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Lingkaran Bulat Simetrikal, melambangkan kesatuan dan persatuan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam menghadapi segala tantangan di tengah-tengah peradaban dunia yang semakin terbuka.

Butir Padi berjumlah 27 buah melambangkan nomor dari Undang-undang pembentukan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu UU No.27 Tahun 2000,dan Buah Lada, berjumlah 31 buah melambangkan Kepulauan Bangka Belitung merupakan Propinsi ke 31 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Padi dan buah lada juga melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran.

Balok Timah, melambangkan kekayaan alam (hasil bumi pokok) berupa timah yang dalam sejarah secara social ekonomis telah menopang kehidupan masyarakat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung selama lebih dari 300 tahun. (diketemukan dan dikelola sejak tahun 1710 Mary Schommers dalam Bangka Tin).


Biru Tua dan Biru Muda (Dalam Perisai dan Lingkaran Hitam), melambangkan bahari dunia kelautan dari yang dangkal sampai yang terdalam. Menyiratkan lautan dengan segala kekayaan alam yang ada di atasnya, di dalam dan di dasar lautan yang dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.

Putih (Tulisan), melambangkan keteguhan dan perdamaian. Kuning ( Padi dan Semboyan), melambangkan ketentraman dan kekuatan. Hijau (Pulau dan Lada), melambangkan kesuburan. Hitam (Outline Lingkaran), melambangkan ketegasan. Serumpun Sebalai, menunjukan bahwa kekayaan alam dan plularisme masyarakat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tetap merupakan kelurga besar komunitas (serumpun) yang memiliki perjuangan yang sama untuk menciptakan kesejahteraan , kemakmuran, keadilan dan perdamaian.

Untuk mewujudkan perjuangan tersebut, dengan budaya masyarakat melayu berkumpul, bermusyawarah, mufakat, berkerjasama dan bersyukur bersama-sama dalam semangat kekeluargaan (sebalai) merupakan wahana yang paling kuat untuk dilestarikan dan dikembangkan. Nilai- nilai universal budaya ini juga dimiliki oleh beragam etnis yang hidup di Bumi Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Dengan demikian, Serumpun Sebalai mencerminkan sebuah eksistensi masyarakat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan kesadaran dan cita�citanya untuk tetap menjadi keluarga besar yang dalam perjuangan dan proses kehidupannya senantiasa mengutamakan dialog secara kekeluargaan, musyawarah dan mufakat serta berkerja sama dan senantiasa mensyukuri nikmat Tuhan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.
Serumpun Sebalai, merupakan semboyan penegakan demokrasi melalui musyawarah dan mufakat.

Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil. Sebelum Kapitulasi Tutang Pulau Bangka dan Pulau Belitung merupakan daerah taklukan dari Kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan Mataram. Setelah itu, Bangka Belitung menjadi daerah jajahan Inggris dan kemudian dilaksanakan serah terima kepada pemerintah Belanda yang diadakan di Muntok pada tanggal 10 Desember 1816. Pada masa penjajahan Belanda, terjadilah perlawanan yang tiada henti-hentinya yang dilakukan oleh Depati Barin kemudian dilanjutkan oleh puteranya yang bernama Depati Amir dan berakhir dengan pengasingan ke Kupang, Nusa Tenggara Timur oleh Pemerintahan Belanda. Selama masa penjajahan tersebut banyak sekali kekayaan yang berada di pulau ini diambil oleh penjajah.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan sebagai provinsi ke-31 oleh Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang sebelumnya merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan. Ibukota provinsi ini adalah Pangkalpinang.
Penduduk Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang semula dihuni orang-orang suku laut, dalam perjalanan sejarah yang panjang membentuk proses kulturisasi dan akulturasi. Orang-orang laut itu sendiri berasal dari berbagai pulau. Orang laut dari Belitung berlayar dan menghuni pantai-pantai di Malaka. Sementara mereka yang sudah berasimilasi menyebar ke seluruh Tanah Semenanjung dan pulau-pulau di Riau. Kemudian kembali dan menempati lagi Pulau Bangka dan Belitung. Sedangkan mereka yang tinggal di Riau Kepulauan berlayar ke Bangka. Datang juga kelompok-kelompok Orang Laut dari Pulau Sulawesi dan Kalimantan. Pada gelombang berikutnya, ketika mulai dikenal adanya Suku Bugis, mereka datang dan menetap di Bangka, Belitung dan Riau. Lalu datang pula orang dari Johor, Siantan yang Melayu, campuran Melayu-Cina, dan juga asli Cina, berbaur dalam proses akulturasi dan kulturisasi. Kemudian datang pula orang-orang Minangkabau, Jawa, Banjar, Kepulauan Bawean, Aceh dan beberapa suku lain yang sudah lebih dulu melebur. Lalu jadilah suatu generasi baru: Orang Melayu Bangka Belitung.

Bahasa yang paling dominan digunakan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Bahasa Melayu yang juga disebut sebagai bahasa daerah, namun seiring dengan keanekaragaman suku bangsa, bahasa lain yang digunakan antara lain bahasa Mandarin dan bahasa Jawa.

Penduduk Kepulauan Bangka Belitung merupakan masyarakat yang beragama dan menjunjung tinggi kerukunan beragama. Ditinjau dari agama yang dianut terlihat bahwa penduduk provinsi ini memeluk agama Islam dengan presentase sebesar 86.91 persen, untuk penduduk yang menganut agama Budha sebesar 7.83 persen, agama Kristen Protestan sebesar 2.70 persen, agama Katholik sebesar 2.45 persen dan lainnya atau 0.11 menganut agama Hindu. Tempat peribadatan agama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ada sebanyak 718 mesjid, 438 mushola, 102 langgar, 87 gereja protestan, 30 gereja katholik, 48 vihara dan 11 centiya.


Pakaian Tradisional Provinsi Bangka Belitung 

Mengenal nama pakaian adat kepulauan Bangka Belitung. Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu bagian provinsi yang ada di Indonesia, dan terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Ibu kota provinsi Kepulauan Bangka Belitung ialah Pangkalpinang. Kain cual merupakan kain adat dari Bangka Belitung. Bentuk kainnya menyerupai songket dan memiliki motif yang khas. Informasi ini mengenai Budaya Indonesia yang berasal dari budaya Bangka Belitung yaitu info tentang pakaian adat daerah Bangka Belitung.
Masih mengenai kumpulan info Pakaian Adat Indonesia, Anda saya ajak untuk mengentahui budaya bangka Belitung yiatu tentang pakaian tradisional daerah Bangka Belitung, dimana pakaian adat ini menjadi bagian dari Pakaian Tradisional Indonesia. Jika Anda ingin lebih mengenal lagi tentang provinsi Bangka Belitung, Anda juga bisa datang dan berlibur untuk menikmati beragam Obyek Tempat Wisata Bangka Belitung.


Untuk Pakaian adat pengantin wanita Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung berupa baju kurung merah, dimana baju adat ini biasanya terbuat dari bahan kain sutra ataupun dari bahan beludru yang mana pada jaman dulu sering disebut dengan baju Seting dan untuk kain yang dikenakan berupa kain bersusur ataupun kain lasem atau biasa disebut dengan nama kain cual. Kain cual ini merupakan kain tenun asli yang berasal dari Mentok. Pada bagian kepalanya menggunakan mahkota yangbiasanya dinamakan dengan "Paksian". Sedangkan untuk mempelai pria nya akan mengenakan "Sorban" atau kalau dalam masyarakat setempat disebut di sebuat dengan Sungkon.

Untuk busana pengantin kaum perempuan yang ada di sini, menurut keterangan dari orang tua-tua yang berasal dari Cina, konon ada ceritanya tersendiri. Menurut cerita waktunitu ada saudagar yang berasal dari Arab yang datang ke negeri Cina, Tujuannya adalah untuk berdagang dan juga untuk menyiarkan agama Islam. saudagar ini kemudian jatuh cinta dengan seorang gadis Cina. Selanjutnya mereka melangsungkan upacara perkawinan dengan gadis Cina tersebut, Dan pada acara perkawinan inilah kedua mempelai ini memakai pakaian adat masing-masing.

Karena waktu itu banyak sekali orang-orang yang berasal dari Cina dan Arab yang datang untuk merantau ke wilayah pulau Bangka terutama ke Kota Mentok. Waktu itu Kota Mentok ini sebagai pusat pemerintahan. Dan pada saat itu diantaranya ada yang telah melakukan upacara perkawinan maka banyak sekali masyarakat pulau Bangka yang meniru pakaian tersebut. Pakaian untuk pasangan pengantin ini pada akhirnya di sebut dengan nama pakaian "Paksian"


Tari Tradisional Provinsi Bangka Belitung 

Tari Campak Bunga merupakan tarian yang menggambarkan ejekan, sindiran, atau pun kelakar masyarakat dalam mempergunjingkan tingkah laku anak-anak muda yang sedang dilanda asmara. Tarian ini berhubungan dengan Tari Lenggok Mak Inang, sebuah tarian yang menggambarkan kisah cinta sepasang kekasih sejak mereka bertemu hingga ke pelaminan. Hubungan tema antara Tari Campak Bunga dengan Tari Lenggok Mak Inangmembuat kedua tarian ini mempunyai bentuk gerak dan pola edar yang serupa. Hanya saja, pada saat lagu pengiring sampai padarefrein, gerakan Tari Campak Bunga merupakan kebalikan dari gerakan pada Tari Lenggok Mak Inang.

Menurut buku Teknik Pembelajaran Dasar Tari Melayu Tradisional(2009:39), pada dasarnya Tari Campak Bunga Merupakan pengembangan dan modifikasi dari Tari Lenggok Mak Inangdengan menyesuaikan lagu pengiringnya. Dari pengembangan tarian ini terlihat bahwa kreativitas yang dimiliki masyarakat Melayu bukan hanya pada proses mencipta unsur kebudayaan, namun masyarakat Melayu juga mempunyai kemampuan untuk mengembangkan satu unsur budaya menjadi sesuatu yang baru sehingga menjadi lebih menarik. Tari Campak Bungamemperlihatkan sejauh mana nalar penari menarikan tarian yang mirip dengan Tari Lenggok Mak Inang, namun dengan hitungan dan pola edar yang berbeda.

Tari Campak merupakan tarian dari daerah Bangka-Belitung yang menggambarkan keceriaan bujang dan dayang di Kepulauan Bangka Belitung. Tarian ini biasanya dibawakan setelah panen padi atau sepulang dari ume (kebun).

Tari ini digunakan juga sebagai hiburan dalam berbagai kegiatan seperti penyambutan tamu atau pada pesta pernikahan di Bangka Belitung. Tarian ini berkembang pada masa pendudukan bangsa Portugis di Bangka Belitung. Hal ini bisa dilihat dari beberapa ragam pada tari Campak antara lain akordion dan pakaian pada penari perempuan yang sangat kental dengan gaya Eropa.

Lagu Pengiring
Sejak zaman dahulu, Tari Campak Bunga hanya mempunyai satu lagu pengiring, yaitu lagu Sri Langkat. Oleh karena itulah tarian ini disebut juga Tari Sri Langkat. Lagu Sri Langkat adalah lagu yang unik di mana pola hitungan atau penyesuaian lagu ini dengan tari Melayu sedikit berbeda dengan pola perhitungan pada lagu Melayu pada umumnya.


Pola hitungan lagu Melayu pada umumnya, yaitu setiap satu lagu (2 bar) atau setengah pantun adalah 4x8. Sedangkan hitungan lagu Sri Langkat dalam setiap setengah pantun atau satu lagu adalah 2x8 ditambah 2x10, sehingga lagu Sri Langkathanya dapat diganti dengan lagu lain atau lagu yang baru jika hitungan lagu tersebut sesuai dengan hitungan pada lagu Sri Langkat.


Musik Tradisional Provinsi Bangka Belitung 

Kota Pangkal Pinang merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kota Pangkal Pinang merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Akhmad Elvian, 2005). Masyarakat kota ini memiliki beragam kreasi budaya, salah satunya alat musik tradisional dambus. Di beberapa desa, dambusmasih sering dimainkan bersama dengan alat musik lain, seperti biola, gendang, atau seruling. Hal ini membuktikan dambus bukan hanya sebagai alat musik, namun juga identitas budaya.

Dambus adalah sebuah alat musik tradisional yang mirip dengan gitar dan berbentuk seperti buah labu yang dibelah menjadi dua. Pada bagian perutdambus, dibuat lubang dan dikosongkan sebagai ruang resonansi. Lubang ini nantinya akan ditutup dengan kulit kera atau kijang (Taufik Hidayat dan Pupung P. Damayanti, 2006).
Nama dambus mirip dengan alat musik gambus. Kemiripan ini dapat dirunut dari asal-usul keberadaan dambus yang memang datang dari luar Pangkal Pinang. Dambus masuk ke Pangkal Pinang karena dibawa oleh kaum pedagang. Dalam perkembangannya, dambus mengalami modifikasi dalam bentuk dan penyebutannya (A. Ziwar B. Dahlan, 2004). Kesamaan ini membuktikan bahwa kesenian merupakan media yang cair dalam pergaulan kehidupan masyarakat.

Selain sebagai alat musik hiburan, dambus juga berfungsi sebagai musik pengiring tarian dan nyanyian adat khas Pangkal Pinang. Di sela-sela permainan dambus, biasanya juga akan dilantunkan mantera-mantera adat yang membuat suasana semakin terasa sakral. Dalam kondisi dimainkan, perserta upacara adat biasanya akan ikut membaca mantera (Taufik Hidayat dan Pupung P. Damayanti, 2006).

Meskipun mirip dengan gambus atau gitar, jumlah tali senar dan susunan nada dambus berbeda dengan keduanya. Tali senardambus pada umumnya berjumlah tiga buah, sedangkan senar gitar berjumlah enam buah. Setiap nada terdiri dari dua senar. Senar 1 sama dengan nada F, senar 2 sama dengan nada C, dan senar 3 sama dengan nada G.

Senar 3 adalah nada paling rendah, maka untuk menyetel nada solmisasinya, jika G=1 (do), maka senar ke 2 sama dengan nada 4 (fa) atau C. Mulanya, dambus tidak memiliki grip (petak nada), namun sekarang dambus sudah diberi grip dan jumlah tali senarnya lebih dari tiga. Dari penambahan ini, menyebabkan dambus memiliki banyak nada dan dapat mengiringi banyak nyanyian daerah (Imam Sudarto, 2004; Taufik Hidayat dan Pupung P. Damayanti, 2006)

Bahan dan Alat Pembuatan
Dambus terbuat dari kayu pilihan yang kuat dan tahan lama, yaitu kayu cempedak atau kayu kenanga hutan. Berdasar pengalaman seniman dambus, kedua jenis kayu ini cocok untuk menjadi bahan pembuatan dambus karena suara dambus terdengar nyaring dan merdu.

Sementara itu, alat-alat yang digunakan untuk membuat dambus cukup sederhana, antara lain berupa:
  • Parang untuk menebang pohon;
  • Pahat untuk membentuk dambus;
  • Palu untuk memahat;
  • Pisau raut untuk menghaluskan badan dambus;
  • Gergaji untuk memotong kayu.
Proses Pembuatan
Proses pembuatan dambus cukup rumit karena memerlukan waktu yang cukup lama dan membutuhkan ketelitian. Selain harus cermat dan hati-hati, membuat dambus memerlukan kesabaran untuk menghasilkan dambus dengan kualitas yang baik. Meskipun demikian, secara garis besar, ada tiga langkah cara membuat dambus, yaitu persiapan, pembuatan, dan pemeriksaan akhir.

a. Persiapan
Dalam proses persiapan ini biasanya yang dilakukan adalah mengumpulkan bahan, yaitu memilih kayu, menyiapkan senar, dan alat-alat pembuatan. Cara memilih kayu dilakukan dengan cara melakukan survei ke hutan terlebih dahulu dengan tujuan untuk mencari pohon mana yang sudah siap untuk ditebang. Pohon dipilih yang tidak terlalu tua atau muda. Hal itu dikarenakan agar kayu mudah dibentuk dan dihaluskan serta suara dambus nantinya lebih nyaring.

b. Pembuatan
Setelah pohon ditebang lalu dipotong-potong sesuai dengan ukuran. Meskipun Dambus dapat dibuat sesuai selera, akan tetapi ukuran dambus biasanya sudah baku, hal ini didasarkan pada umumnya bentuk dambus selama ini.

Setelah dipotong sesuai ukuran, kayu lalu dibentuk menjadi dambus menggunakan pahat dan palu. Bagian badan atau perut dilubangi sehingga kosong dan berbentuk seperti buah labu. Lubang ini berfungsi sebagai ruang resonansi agar bunyi petikan senar berdenting dan berdengung. Lubang-lubang tersebut ada yang ditutup dengan kulit binatang, tapi ada juga yang menggunakan triplek.

Pada bagian atas (ujung senar) dambus, biasanya diberi variasi berupa ornamen kepala kijang. Hal ini bertujuan agardambus lebih bernilai seni dan enak dipandang. Kijang dianggap sebagai binatang jinak yang indah, bahkan binatang ini menjadi maskot Kota Pangkal Pinang.

Setelah bentuk dambus diperoleh, lalu dihaluskan dengan pisau raut. Langkah selanjutnya adalah memasang senar. Dahulu,dambus hanya terdiri dari tiga tali senar, namun sekarang sudah terjadi modifikasi dan bertambah menjadi empat tali senar.

Setelah semua terangkai dan terbentuk, selanjutnya adalah menyetel tali senar sesuai dengan nada-nada bunyi dambus yang sedikit berbeda dengan nada pada gitar. Setelah itu, dambus sudah dapat digunakan dengan cara dipetik seperti gitar.

c. Pemeriksaan Akhir
Dalam proses ini yang dilakukan biasanya adalah memeriksa nada-nada dambus, apakah sudah benar atau belum. Jika belum, dambus harus disetel terlebih dahulu. Jika dambus ingin terlihat lebih menarik, biasanya akan dicat dengan warna sesuai selera pembuatnya. Akan tetapi, dambus umumnya akan dicat warna coklat atau hanya dipernis sesuai warna kayu.


Kelebihan dan Kekurangan
Dambus memiliki fungsi yang sama dengan alat musik petik lainnya. Kelebihan dambus terletak pada bentuk dan bunyinya yang khas. Alat ini sangat cocok untuk mengiringi musik-musik Melayu dengan alunan musik yang mendayu-dayu. Selain itu,dambus juga sesuai untuk mengiringi musik-musik padang pasir khas jazirah Arab.


Nilai-nilai
Alat musik tradisional dambus mengandung nilai-nilai tertentu dalam kehidupan masyarakat Pangkal Pinang, antara lain:

  • Nilai seni. Nilai ini tampak jelas dari keberadaan dambus sendiri sebagai alat musik serta bentuk dambus yang indah.Dambus sebagai alat musik tradisional Pangkal Pinang dijadikan sebagai media hiburan dan pengiring upacara adat. Selain itu, ornamen kepala kijang pada dambus juga mencerminkan nilai seni. Hal ini dikarenakan kijang merupakan binatang yang dianggap jinak dan indah hingga dijadikan simbol kota Pangkal Pinang.
  • Nilai kebersamaan. Nilai ini tampak dari kebersamaan masyarakat ketika mengikuti upacara adat sambil diiringi musikdambus. Alunan dambus menjadikan masyarakat khusyuk mengikuti upacara dan ketika mendengarkan mantera-mantera yang dinyanyikan. Apalagi ketika masyarakat bersama-sama membaca doa di mana suasana menjadi terasa syahdu. Kebersamaan ini menjadikan dambus tidak hanya dijadikan sebagai alat musik semata, melainkan juga sebagai media pemersatu masyarakat.
  • Nilai pelestarian tradisi budaya. Dambus adalah alat musik tradisional yang wajib untuk dilestarikan keberadaannya.Dambus merupakan salah satu penanda kebudayaan orang Pangkal Pinang yang penting untuk dijaga keberadaannya. Dengan demikian, memainkan dambus merupakan upaya untuk melestarikannya.
  • Nilai sakral. Nilai ini terlihat dari fungsi dambus sebagai salah satu alat musik yang digunakan untuk mengiringi upacara adat dalam membaca doa-doa sakral.

Arsitektur Tradisional Provinsi Bangka Belitung 

Rumah Panggung
Secara umum arsitektur di Kepulauan Bangka Belitung berciri Arsitektur Melayu seperti yang ditemukan di daerah-daerah sepanjang pesisir Sumatera dan Malaka.

Di daerah ini dikenal ada tiga tipe yaitu Arsitektur Melayu Awal, Melayu Bubung Panjang dan Melayu Bubung Limas. Rumah Melayu Awal berupa rumah panggung kayu dengan material seperti kayu, bambu, rotan, akar pohon, daun-daun atau alang-alang yang tumbuh dan mudah diperoleh di sekitar pemukiman. Bangunan Melayu Awal ini beratap tinggi di mana sebagian atapnya miring, memiliki beranda di muka, serta bukaan banyak yang berfungsi sebagai fentilasi. Rumah Melayu awal terdiri atas rumah ibu dan rumah dapur yang berdiri di atas tiang rumah yang ditanam dalam tanah.

Berkaitan dengan tiang, masyarakat Kepulauan Bangka Belitung mengenal falsafah 9 tiang. Bangunan didirikan di atas 9 buah tiang, dengan tiang utama berada di tengah dan didirikan pertama kali. Atap ditutup dengan daun rumbia. Dindingnya biasanya dibuat dari pelepah/kulit kayu atau buluh (bambu). Rumah Melayu Bubung Panjang biasanya karena ada penambahan bangunan di sisi bangunan yang ada sebelumnya, sedangkan Bubung Limas karena pengaruh dari Palembang. Sebagian dari atap sisi bangunan dengan arsitektur ini terpancung. Selain pengaruh arsitektur Melayu ditemukan pula pengaruh arsitektur non-Melayu seperti terlihat dari bentuk Rumah Panjang yang pada umumnya didiami oleh warga keturunan Tionghoa. Pengaruh non-Melayu lain datang dari arsitektur kolonial, terutama tampak pada tangga batu dengan bentuk lengkung.

Rumah panggung, rumah limas dan rumah rakit merupakan rumah tradisional Bangka Belitung. Hampir sama dengan propinsi lain yang ada di Pulau Sumatera model arsitektur rumah adat Bangka Belitung berciri arsitektur Melayu.

Terdapat tiga macam ciri arsitektur rumah adat yaitu arsitektur Melayu awal, Melayu Bubung Panjang dan Melayu Bubung Limas. Arsitektur rumah Melayu Awal berujud rumah panggung kayu dimana hampir semua bahan material yang di pakai untuk rumah ini berupa kayu, bambu, rotan, akar pohon, daun-daun atau alang-alang yang banyak tumbuh dan sangat mudah diperoleh di sekitar pemukiman.

Arsitektur rumah Melayu Awal ini biasanya beratap tinggi dan sebagian atapnya miring. Saat pembangunan rumah yang berkaitan dengan tiang, masyarakat Kepulauan Bangka Belitung mengenal falsafah 9 tiang, dimana bangunan rumah yang didirikan memiliki 9 buah tiang. Tiang utama tempatnya di tengah dan didirikan pertama kali. Kemuduan atap rumah ditutup dengan daun rumbia. Sementara bagian dindingnya biasanya dibuat dari bahan pelepah/kulit kayu atau menggunakan buluh (bambu).


Makanan Tradisional Provinsi Bangka Belitung 

Lempah Kuning
Bangka Belitung selain dikenal sebagai daerah penghasil timah juga menyimpan beragam cita rasa kuliner yang tidak kalah dengan didaerah lain di Indonesia. Lempah kuning kepala ikan tenggiri adalah salah satu masakan khas masyarakat Bangka Belitung yang paling terkenal.


Lempah kuning kepala ikan tenggiri merupakan masakan tradisional yang memiliki cita rasa khas yang dapat menggugah selera makan dan juga memiliki khas warna dari kuah nya yang berwarna kuning kunyit. Warna kuning dan aromanya yang khas, mampu merangsang selera siapa saja yang melihatnya.

Bagi anda yang ingin menikmati lempah kuning kepala ikan tenggiri ini bisa datang ke rumah makan Hj. Warsih yang buka dari jam 07 pagi hingga 21 malam di Jalan Kampung Opas Pangkalpinang, Bangka Belitung. Dirumah makan tersebut lempah kuning kepala ikan tenggiri segar langsung dimasak setelah kita pesan.

Memasak lempah ini pun terbilang mudah, karena hanya memerlukan bumbu-bumbu sederhana yang mudah dicari dipasar tradisional seperti bawang putih, bawang merah, lengkoas, terasi, cabai, nanas atau mangga dan garam secukupnya. Yang terpenting lagi adalah kunyit sebagai bahan untuk membuat warna kuah dari lempah ini berwarna kuning dan tak lupa juga yang pasti kepala ikan tenggirinya.

Caranya, masukan semua bumbu yg sudah digiling halus dan tambahkan air asam ke dalam 1 liter air yang dimasak sampe mendidih kemudian masukan ikan nya. Setelah mendidih dan tercium aroma masukkan Nanas/Mangga muda. Lempah kuning siap di hidangkan lengkap dengan sambal terasi (tentunya dengan terasi khas Bangka) dan lalapan pucuk daun singkong.

Meski lempah kuning ini adalah masakan khas Bangka Belitung, namun rumah makan yang menyediakan menu ini sudah sangat jarang ditemui dikota Pangkalpinang.
Para pelanggan yang datang ke rumah makan lempah kuning ini bukan hanya berasal dari kota pangkalpinang saja, namun dari luar kota pun juga sering datang untuk merasakan masakan nikmatnya pasakan khas pangkalpinang, ,

Selain menyediakan menu lempah kuning kepala ikan tenggiri sebagai andalan, rumah makan ini juga menyediakan makanan khas Bangka Belitung lainnya seperti sayur umbut kelapa yang dimasak dengan santan pangkal pohon kelapa yang juga tak kalah nikmatnya untuk disantap bersama keluarga ketika perut keroncongan.


Sumber: balbelprov.go.id



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa Komennya, Ya ..??